Pak Jokowi, Amit, jangan katakan "ora mikir". Ini penting dipikir

Mendapat nama atau pujian dari orang yang kita beri itu menyenangkan bahkan salah-salah kita menjadi ketagihan karena dipuji-puji atau dipuja-puja sebagai seseorang yang telah peduli atau seorang dermawan.

Kita jadi faham akhirnya kenapa pak jokowi begitu bernafsu ingin segala dana bansos dan BLT segera dibagikan.

Ya, karena itu memang nyata di kalangan bawah, orang-orang sangat memuji dan memuja nama pak jokowi karena mereka mendapat dana bansos tersebut.

Untuk hal ini penulis sudah melakukan banyak pengamatan baik di sekitaran orang atau teman-teman dekat di kampung, atau ke orang-orang cukup jauh dari kampung.

Dan hasil pengamatan itu rata-rata para penerima sangat menyanjung memuji kepada Pak Jokowi sebagai yang terkata syah penyumbang atau penggelontor dana yang berasal dari negara itu.

(dalam suatu postingan yang lain, hal ini pernah penulis katakan bahwa BLT dan dana sejenisnya, hanyalah penghibur bagi rakyat sebelum dan setelah kalah dalam sebuah permainan bernama demokrasi. Orang-orang miskin yang dikotak-kotakkan untuk dihitung  sebagai sumber suara kemenangan di arena permainan demokrasi)

Untuk  meraih suara dalam perhelatan demokrasi, dana-dana sumbangan dari negara seperti itu memang ampuh meraup simpati. Di kampung-kampung, betapa nama pak Jokowi melambung.

TAPI PAK, BAPAK SUDAH TAHU BELUM BAHWA DANA ITU SALAH SASARAN, PAK!!!!. Di kampung saya, yang lebih utama dapet dana itu adalah keluarga para aparat. Orang-orang di luar itu, ada yang ngotot-ngotot alias protes-protes dulu baru dapet.

Pak, sekarang mari kita bilang bersama, "ayok kita mikir, mikiiir..".

Uang negara itu jangan dipakai hanya untuk mencari simpati bahwa seolah pemerintah sudah peduli.

Uang bansos itu ada yang digunakan beli pulsa atau nambahi uang untuk anggota keluarga beli hp, atau hal lain yang tidak berhubungan dengan meningkatkan taraf kehidupan. 

Cari lah jalan dan cara untuk membuat rakyat bahagia, dengan yang menjadikan mereka punya kail atau punya penghasilan dan bukan bergantung lalu lama kelamaan bermental pengemis, nerimo dicucuk hidungnya oleh kemauan para kaum berpunya termasuk penguasa.

Akhirnya mental anak bangsa ini mengerikan di tangan penguasa yang salah jalan, penguasa yang salah memaknai dirinya dan rakyatnya.

Jika saja dana itu tepat sasaran, kita masih memaklumi ketidakmampuan negara dalam hal menciptakan kesejahteraan.

Namun, tak apalah. Dari pada tidak berbuat, lebih baik berbuat walau ini katagori suap. Karena negara yang tak pernah tulus dan bersungguh berpikir untuk menemukan jalan demi mengangkat derajad rakyatnya.

Lebih jauh, karena negara memang harus bertanggungjawab terhadap rakyatnya yang miskin dan papa.

Salam hormat kepada pengambil kebijakan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak