Sebagai presiden kita, kita tetap hormat kepada JOKOWI. Ketika kita kritisi kebijakannya, bukan berarti tak suka apa lagi tak mengakui sebagai presiden republik indonesia kita.
Dan jika jokowi bilang tak ada yang boleh mengkleam diri paling agamis dan paling pancasilais. Itu sangat kita dukung.
Namun, keberadaan suatu lembaga yang secara labeling telah terlekat dengan suatu faham, aliran atau suatu makna tertntu, maka apapun yang keluar dari lembaga itu kerap dimaknai sebagai refresentasi dari makna yang sudah terlekat itu .
Misal, HTI yang sudah dicap sebagai radikal atau khilafah, maka apapun kalimat atau produk budaya yang keluar dari pejabat HTI, akan dimaknai sebagai kebenaran versi radikal dan atau budaya khilfah.
Dan pada akhirnya, karena faham khilafah yang dianggp merasa paling benar dalam hal keislaman, kurang berkesesuian lalu organisaai HTI pun dibubarkan.
Nah, sekarang bagaimana dengan BPIP? BPIP tentulah membuat siapapun yang berkata dan mengatakan apapun ketika dirinya adalah pejabat BPIP, maka akan dianggap sebagai suara dan atau kebenaran pancasila atau yang paling pancasilais.
Jadi ketika jokowi berkata tidak ada yang boleh menganggap dirinya paling pancasilais, artinya jokowi tengah menunjuk ke wajahnya sendiri. Sebab BPIP adalah produk jokowi.
Melihat ke depan dimana kecenderungannya lembaga ini akan menganggap dirinya paling pancasilais, sementara pemikiran yang keluar dari lembaga ini pun tidak terlalu berdampak pada pancasila itu sendiri.
Atau malah akan mencederai negara dan rakyat dengan segala ungkapan-ungkapan kotroversi pejabatnya. Maka ada baiknya lembaga ini segera dibubarkan saja.
Jika tidak, maaf saja, walau didalamnya penuh dengan orang-orang tua dengan titel profesor, setiap wacana atau pemikirannya akan selalu kita jadikan bahan tertawaan.
Kenapa demikian, jika pak presiden masih mencari-cari jawabannya dan masih mempertanyakan kenapa demikian? Artinya pak presiden pun pantas untuk kami olok-olok atau kami tertawakan.
Sekarang bapak presiden sudah benar dalam satu sisi yang mengatakan tidak boleh ada yang menganggap dirinya paling agamis dan pancasilais.
Sementara sisi yang lain, adalah sebuah kesalahan yang justru akan menjadikan kebenaran pendapat pertama akan hilang jika tetap mempertahankan BPIP.
Salam semangat perubahan untuk indonesia kita