Kegagalan negara dalam menata tatanan masyarakat yang kita cita-citakan


Maraknya tawuran, perilaku genk motor yang di luar batas perikemanusiaan, pembunuhan  kejam, dan berjibun lagi masalah sosial di tengah msyarakat bangsa dan negara ini, adalah indikasi lemahnya sistem tata nilai di masyarakat bangsa kita kini.

Lalu dimana para penyeru nilai dan kebajikan, para alim ulama, para biksu, pendeta yang mestinya ranah ini menjadi bagian kerja dan tanggung jawabnya? Begitupun para ahli filsafat masyarakat kemanusiaan. 

Mereka seakan terkubur di hantam gerus longsoran modernitas dengan segala efeknya. Yang tercipta dari tangan mereka hanya buah pikir atau teori-teori tanpa implementasi yang mampu membenahi masyarakat manusia.

Dalam pikiran penulis, walau soal akhlak dan perilaku warga masyarakat menjadi domain kaum agama, namun melepaskan peran negara juga bukanlah hal yang benar sepenuhnya.

Kita yang kini dalam kondisi kehilangan panutan, dimana panutan tertinggi biasanya adalah pemimpin tertinggi, maka bagi penulis para agamawan hanyalah mendukung apa-apa yang menjadi perhatian pemimpin tetinggi, kemauannya dan harapananya, yang dijabarkan oleh berbagai kalangan yang berkepentingan.

Image pemimpin tertinggi itu tidak pula hanya sebatas sosok diri sang pemimpin. Istana dengan segala pernik kehidupan orang-orang disekitnya, adalah tempat bercemin dan berpanutnya masyarakat bangsa.

Lantas bagaimana jika perilaku orang-orang istana atau perilaku rezim jauh dari keadaban moral dan etika, ambil contoh misal korupsi dan termasuk pula perilaku politik sok kuasa lalu memperlakukan para tokoh aktivis dan partai-partai yang berbeda sekehendak kemauannya.

Dan sedihnya ini seakan diamini oleh pemimpin tertinggi.

Masyarakat lalu menterjemahkan itu sebagai kebebasan berperilku dengan adagium, pemimpin saja brengsek,..dan lalu warga masyarakat yang digerakkan sensitifitas alam bawah sadarnya meniru atau mengikuti jejak-jejak para pemimpinnya.

Maka, tak aneh akhirnya marak terjadi tawuran dengan senjata, maraknya perilaku gank motor yangg kejam, pembunuhan sadis dlsb.

Itu sedikit banyak cerminan perilaku para pemimpin yang juga ugal-ugallan dalam memaknai kekuasaan yang dimilikinya.

Penulis tidak brmaksud, apa-apa dikaitkan dengan istana. Hanya saja, masalah sosial tidak berdiri sendiri. Banyak fariable yang turut andil dalam terciptanya hal itu. Dan salah satu fariable itu bersumber dari istana.

Salam perubhan untuk indonsia yang lebih baik


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak