Langkah-langkah Pembelaan Atas Korban Pencemaraan Limbah Pabrik. Sebuah Aksi Demonstrasi, Proses dan Pengalaman Yang Pantas Dibagikan Untuk Semangat Membersihkan Lingkungan

Upaya membersihkan sungai dari pencemaran limbah berbahaya yang dikucurkan oleh perusahaan-perusahaan besar bukan suatu kerja mudah. Butuh proses dan waktu yang panjang, butuh kesabaran dalam menghadapi tantangan dan cobaan. Butuh kesungguhan demi berhasilnya tujuan pembersihan dan pembelaan.

Dan penulis menjalaninya saat memimpin atau menjadi coordinator suatu aksi protes atau demonstrasi terhadap perusahaan-perusahaan besar di sebuah kawasan industry yang mengotori sungai di pedalaman Lampung.

Aksi protes itu memang kini tampak mereda walau kadang masih ada limbah yang datang di sungai. Namun secara keseluruhan sungai itu kini tampak relatip bersih. Apakah itu berkat pemberian dari pemimpin atau pejabat? Oh, tidak. Itu karena usaha keras kita yang mati-matian dan dengan segala cara berusaha melawan pencemaran. 

Tulisan ini adalah sebuah pengalaman riil, proses demi proses dalam upaya aksi protes secara keseluruhan. Secara detil nanti insyaallah akan kita rilis tulisan dalam bentuk novel tentang proses heroic, segala tantangan serta cobaan sewaktu aksi demi aksi penyelamatan itu kita lakukan. 

Dalam memperjuangkan pembersihan pencemaran, mungkin berbeda-beda caranya sesuai situasi dan kondisi masyarakat, birokrasi serta perusahaan di suatu wilayah. Begitupun persoalan pencemaran yang penulis maksudkan ini. Dan meski tulisan ini tahap demi tahap atau langkah demi langkah besarnya saja, namun penting, untuk menggambarkan keseluruhan proses perjuangan itu sehingga menulari serta mengisfirasi siapapun anak-anak bangsa di luar sana untuk bertekad lalu berani mengakatakan kata "sanggup berjuang dan membela", karena tahu atau faham dengan cara memulai perjuangan yang benar untuk menentang suatu pencemaran. 

Sehingga siapapun bisa mulai bergerak dalam usaha pembelan terhadap apapun bentuk pemaksaan atau pelanggaran Hak Azazi atas hajat hidup orang banyak, penyiksaan, kesewenang-wenangan serta perusakan yang umumnya kerap terjadi di kampung-kampung pelosok pedalaman, di sebuah tempat yang kadang tak terjamah oleh kesadaran dan pembelaan. 

Apalagi perusakan terhadap lingkungan sebagai tempat huni yang harusnya nyaman dan beradab bagi berbagai makhluk terutama bagi manusia dan kemanusiaan . 

Terlalu banyak terjadi pemerkosaan atau pemaksaan yang melanggar hak hidup orang banyak namun banyak orang tak mengerti jalan keluar atau jalan apa yang ditempuh demi mengahiri pemaksaan atas Hak Azazi kehidupan mereka.

Sehingga pemaksaan yang mengakibatkan penderitaan itu terus berlangsung. Dan ketika suatu saat terjadi peristiwa yang memakan korban, barulah semua pihak tersadar bahwa selama ini telah terjadi kesemana-menaan.

Dan terjadilah pencemaran itu. 

Limbah bercampur lumpur berwarna hitam pekat mengaliri sungai bernama sungai Way Galih. Pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang berdiri di pusat industry kecamatan Tanjung Bintang di wilayah hulu sungai. Lebih khusus,  pencemaran itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengolah makanan berbahan baku kepiting dan udang.

Pencemaran itu sudah berlangsung lama, setidaknya sudah dari sekitaran tahun sembilan puluhan. Bayangkan, dengan lamanya kondisi sungai berbau dan penuh limbah itu, bagaimana terganggunya masyarakat atas kondisi itu.

Usaha telah dilakukan oleh berbagai individu maupun kelompok masyarakat untuk memprotes pencemaran di  sungai mereka. Usaha yang umumnya dilakukaan melalui jalur birokrasi itu tidak satu pun membuahkan hasil. Pihak aparat, dari mulai perangkat Desa, kecamatan, DPRD sampai pejabat Kabupaten sudah pernah dilapori oleh berbagai individu dan kelompok masyarakat. Kelamaan berusaha namun tiada juga berbuah hasil, membuat masyarakat akhirnya seperti mengalami kelelahan.

Suatu hari, penulis pulang dari perantauan untuk menengok Ibu di kampung. Demi melihat masyarakat kampung yang tersiksa oleh limbah di sungai, apalagi kala itu tepat di musim kemarau di mana masyarakat kesulitan mendapat air bersih karena air sungai tidak bisa dipakai, sungguh miris hati melihatnya. 

Kondisi itu membuat hati penulis larut dalam keinginan untuk membela. Itu rakyatku, suara hati ini. Terjunlah akhirnya penulis dalam suatu misi penyelamatan untuk pembersihan limbah di sungai. Tekad hati ini ikhlas mewakafkan diri untuk melangkah, berjuang dan membela masyarakat yang telah lama menderita oleh keberadaan limbah.

Dalam suatu kekacauan atau suatu keadaan di mana terjadi peristiwa seperti pencemaran limbah, harus muncul sosok-sosok pembela yang  dengan gagasan-gagasannya penuh makna pembelaan demi mengakhiri suatu penderitaan.

Lalu apa langkah yang harus dilakukan oleh  sang pembela? 

Langkah pertama, adalah menetapkan hati untuk melihat para korban adalah orang-orang yang tidak berdaya dan dengan bersungguh-sungguh harus dibela.

Langkah ke dua, mulailah pelajari atau minimal mengetahui alamat beberapa lembaga organisasi penggerak dan paduli lingkungan yang bisa diakses lewat internet. Syukur-syukur jika sampai ada beberapa  orang bisa kita kenal di organisasi penggerak lingkungan tersebut. 

Upayakan lembaga yang kita hendak tuju adalah yang terdekat di sekitar basic massa terdampak. Ada banyak lembaga peduli lingkungan, misalnya Walhi, Greenpeaceid atau organisasi-organisasi peduli lingkungan yang tidak berafiliasi dengan pemerintah.

Kenapa kita tekankan pada organisasi yang tidak terafiliasi pemerintah? Berdasarkan pengalaman, dalam kondisi negeri dengan birokrasi yang terpatron pada kepentingan kekuasaan pemerintahan, bukan kepentingan rakyat, kecenderungannya memiliki kepentingan melindungi perusahaan-perusahaan yang hendak kita permasalahkan. 

Jika kita terjebak ke dalam organisasi atau pribadi atau tokoh yang masih terafiliasi pemerintah, maka besar kemungkinan usaha pembelaan kita akan menemui jalan panjang berliku bahkan mungkin gagal dan kemudian hanya lelah yang akan dirasakan.

Langkah ke tiga, setelah kita tahu organisasi penggerak lingkungan, mulailah ajak bicara beberapa saudara kita atau teman dekat di masyarakat untuk mengobrolkan perihal limbah di sekitar yang sangat mengganggu kehidupan mereka. Tangkap apa yang diinginkan warga. Bila kita memiliki sedikit pengetahauan tentang bahaya limbah, utarakan pada mereka segala dampak limbah terhadap kesehatan, ekonomi dan segala sisi kehidupan manusia. 

Biasanya, bila mereka sudah sampai pada batas kehidupan yang sangat tidak nyaman atas limbah, akan membuat diri mereka berlomba-lomba bicara tentang kenyataan dampak yang mereka lihat, mereka alami dan rasakan.

Langkah ke empat, mulai ungkapkan gagasan untuk memprotes pencemaran limbah dan minta dukungan warga.  Beruntung jika  semua warga bisa kompak mendukung gagasan kita. Namun bila ternyata terjadi perbedaan cara protes, perbedaan patron panutan atau bahkan ada yang tidak percaya atas kemampuan kita karena berdasarkan pengalaman mereka tidak pernah ada yang berhasil, di sisi lain ada yang mencurigai diri kita memiliki motif politik atau motif ekonomi, maka biarkan saja fenomena itu terjadi. Sebaliknya, kita tetap focus dengan tujuan dan cara  yang hendak kita tempuh.

Langkah ke lima, pertemuan pertama dengan oraganisasi lingkungan.

Yakinkan kepada warga bahwa kita punya cara. Bersama itu ajak beberapa saudara atau teman dekat untuk mau berkunjung ke kantor organisasi lingkungan yang sudah kita kenal dan ketahui alamat lengkapnya.

Sangat dianjurkan, sebelum kita membawa beberapa teman ke kantor organisasi lingkungan,sebaiknya sudah kita dahului perkenalan diri kita sendiri baik secara langsung atau lewat telepon terhadap staf organisasi lingkungan yang kita maksud. Agar saat kita hendak membawa beberapa warga yang terdampak limbah, kita bisa mudah beradaptasi serta mudah berkoordinasi tentang kapan kita akan hadir ke kantor organisasi lingkungan tersebut. 

Berdasarkan pengalaman penulis sendiri, tidak ada kesulitan beradaptasi dengan para staf organisasi lingkungan di daerah. Karena di perantauan, penulis memang sudah terbiasa dekat dengan teman-teman aktifis lingkungan. Dan karena salah satu organisasi lingkungan yang penulis tahu letaknya paling dekat adalah Walhi, maka ke Walhi lah penulis mengajak teman-teman untuk mengadukan persoalan pencemaran tersebut. 

Dalam meyakinkan warga, mungkin akan kita alami kesulitan. Kondisi masyarakat tertentu dengan kondisi tertentu, memiliki kebedaan untuk orang-oraangnya mudah percaya. Kebetulan yang penulis alami, sangat sulit orang-orangnya diyakinkan. Ini karena mereka sudah mengalami trauma panjang dalam usaha melawan pencemaran. 

Namun kita harus berusaha dan sabar meyakinkan mereka agar ada yang mau diajak. Membawa beberapa orang anggota masyarakat yang terdampak limbah ke kantor organisasi lingkungan, sangat penting agar organisasi lingkungan tahu dan yakin bahwa pencemaran sungai itu benar-benar ada. 

Sebab bila hanya kita sendiri yang memaparkan tentang terjadinya pencemaran, bukannya pihak organisasi tidak percaya, namun memang begitulah prosedur awalnya, yaitu harus ada beberapa orang yang datang untuk menyampaikan pengaduan di tahap pertma.

Pertemuan itu adalah seibarat perkenalan pertama antara warga terdampak degan organisasi lingkungan. Dalam pertemuan pertama itu, bawalah sample limbah di beberapa botol untuk menjadi bukti tentang adanya limbah. Para warga bisa bercerita banyak tentang persoalan limbah di sungai yang sebenarnya. Pun tentang keinginan kuat mereka untuk memprotes dan mengakhiri terjadinya aliran limbah di sungai mereka. 

Jika dalam pertemuan itu organisasi lingkungan merasa yakin bahwa limbah itu benar-benar ada dan perlu mendapat pengecekan serta perhatian penangan lebih lanjut, maka di hari-hari berikutnya nanti, sebagai upaya melibatkan masyarakat yang lebih luas, organisasi akan menyiapkan diri menerima pengaduan secara resmi oleh warga dalam jumlah yang lebih besar.

Langka ke enam, beberapa warga yang sudah bertamu dan bertemu dengan para setaf organisasi lingkungan harus meyakinkan warga lainnya agar mau bersatu dalam usaha bersama protes limbah sungai ini.

Langkah ke tujuh, beberapa warga yang sudah mengawali datang ke organisasi, harus membentuk suatu organisasi yang akan mewadahi pergerakan dalam rangka aksi protes pencemaran sungai. Organisasi itu jika tidak bisa besar, cukuplah organisasi dasar terlebih dahulu. Yang penting ada ketua, sekertaris dan bendahara.

Delapan, tugas organisasi adalah memberi khabar kepada semua warga bahwa mereka akan melakukan protes massal atau aksi demonstrasi lewat cara mengadu kepada organisasi lingkungan di pusat kota. 

Tugas organisasi juga adalah menyerap, meneliti, mewawancarai warga dalam rangka mengumpulkan bukti-bukti serta mengangkat fakta yang telah terjadi atas adanya limbah. Terpenting pula  adalah mengidentifikasi perusahaan mana saja yang terindikasi telah melakukan pelanggaran pembuangan limbah secara sembarangan. 

Tugas organisasi pula adalah membuat surat menyurat dalam rangka meyakinkan warga akan kebenaraan jalan yang ditempuh serta sukses aksi protes tersebut. Surat itu berisikan protes masyarakat atas keberadaan limbah yang mengotori lingkungan mereka, dengan segala alasan, kronologis, bukti-bukti, dampak-dampak serta tanda tangan seluruh warga.

Berdasarkan pengalaman, pada tahap ini akan banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan pertama tentu datang dari kalangan warga sendiri. Jika pihak perusahaan sudah mencium segala rencana aksi, maka tantangan  terberat akan datang dari perusahaan. Pihak perusahaan mungkin saja akan melakukan pecah belah, upaya menghapus jejak limbah, penyogokan dan bahkan intimidasi. 

Tantangan berikutnya, kesulitan membuat surat yang surat tersebut nantinya harus dibukukan sebagai bukti  terdokumentasi. Tentang surat menyurat seperti ini, biasanya orang-orang kampung tidak begitu faham. 

Berdasarkan pengalaman penulis dulu, beruntung untuk membuat surat menyurat tidak begitu mengalami kesulitan. Karena Alhamdulillah, penulis cukup memahami. 

Namun jika terjadi kesulitan, mudah saja, sang coordinator atau ketua organisasi harus berkonsultasi dengan para setaf organisasi lingkungan yang hendak kita  jadikan tempat mengadu.

Kesulitan berikutnya adalah  soal dana aksi. Ceritakan kepada masyarakat bahwa gerakan mereka itu butuh dana terutama untuk ongkos ketika berangkat melakukan aksi. oleh karena itu, demi kepentingan bersama, diminta masyarakat menyumbang dana. 

Agar tidak memberati, usahakan sumbangan tidak ditentukan jumlahnya. Dibuka pula  donasi jika ada anggota warga yang ingin menyumbang lebih atas usaha penyelamatan lingkungan ini.

Berdasarkan pengalaman penulis, karena sulitnya soal dana, beruntungnya pada saat itu penulis sendiri masih punya usaha. Jadi dana besar yang dibutuhkan masih bisa ditangani dari kantong sendiri. 

Namun jika dalam suatu aksi semacam ini minim donatur yang rela menyumbang, maka harus bersabar untuk mencari dan segala kegiatan serta aksi harus disesuaikan dengan dana yang ada. Utamakan kegiatan yang terpenting terlebih dahulu. 

Dua hal terpenting, pertema adalah terbukukan atau terdokumentasikannya surat dalam bentuk buku dengan segala tujuan, tanda tangan warga dan bukti-bukti lain yang ada. Ke dua, tersampaikannya protes warga ke dunia  luar, dalam hal ini yang terfasilitasi oleh organisasi lingkungan dan terekspos oleh wartawan atau media berita.

Sembilan,  aksi demonstrasi.

Setelah melalui musyawarah dan kajian yang matang, warga  terdampak limbah atau warga yang menjadi korban, dalam jumlah cukup banyak berangkat ke kantor organisasi lingkungan. Inti dari kedatangan warga untuk mengadukan perihal pencemaran di sungai kepada organisasi lingkungan.

Di depan para staf organisasi lingkungan dan para wartawan, berbicaralah coordinator aksi tentang pencemaran sungai dengan segala bukti, dampak dan pihak-pihak terkait yang mesti bertanggungjawab atas musibah limbah tersebut.

Tak lupa warga tertdampak yang lain berbicara untuk menguatkan dan saling menguatkan atas fakta limbah yang selama ini telah membuat sengsara mereka.

Hari berikutnya, insyaaaallah aksi demonstrasi warga di kantor organisasi lingkungan hidup itu akan dimuat di media-media  cetak dan media online.

Sepuluh, kedatangan tamu dari pejabat Lingkungan Hidup Kabupaten dan Provinsi di rumah coordinator aksi.

Peristiwa demonstrasi warga di kantor organisasi lingkungan beberapa hari lalu, jika pemimpin dan para pejabat setempat memiliki rasa empati serta peduli yang tinggi, maka mereka akan segera merespon atas adanya aksi protes oleh warga korban.

Dan kebetulan, pada kasus yang pernah penulis tangani dulu, demonstrasi warga yang menjadi korban di kantor organisasi lingkungan beberapa hari lalu itu, langsung membuat pejabat terkait yaitu dari BLHD Kabupaten dan BPLHD Provinsi merespon dengan  mendatangi warga (rumah coordinator aksi) untuk bertanya kemudian mengecek langsung kondisi sungai dengan membawa laboratorium mobil, selanjutnya mengecek perusahaan terindikasi.

Hanya saja, pada saat pengecekan ke tempat perusahaan terindikasi, terasa sekali oleh insting penulis bagaimana adanya koordinasi antara pejabat terkait dengan perusahaan yang terindikasi. Sehingga pada saat pengecekan itu di lakukan, pembersihan limbah di sekitar pabrik atau penghilangan bukti lapangan itu telah terjadi.

Meski  sisa-sisa limbah atau kubangan limbah yang membentuk semacam comberan di bagian belakang pabrik tidak bisa ditutupi.

Sebelas, warga kedatangan para staf organisasi lingkungan

Sebagai upaya resmi cek lapangan, organisasi lingkungan yang telah kita tunjuk sebagai lembaga tempat kita mengadu datang kepada warga. Tujuannya, melihat kondisi warga yang menjadi korban, upaya healing, penyuluhan atau edukasi hukum, mengecek kondisi sungai yang tercemar, melihat langsung kawasan industry  dengan focus perusahaan yang terindikasi.

Dua belas, demonstrasi. 

Upaya warga dan organisasi lingkungan mendatangi (demonstrasi) ke kantor Badan Lingkungan Hidup Daerah dalam rangka meminta kejelasan siapa yang disalahkaan atas pencemaran.

Empat belas, demonstrasi. 

Upaya warga dan organisasi lingkungan mendatangi DPRD dalam rangka meminta dukungan.

Lima belas, pernyataan pejabat BLHD. 

Setelah di tunggu-tunggu para pejabat pemerintahan melakukan rilis berita yang menyatakan bahwa, memang benar telah  terjadi pencemaran limbah dan akan melakukan peneguran terhadap perusahaan yang dimaksud.

Enam belas, surat teguran pejabat BLHD.

Setelah ditunggu cukup lama dan dikirimi surat, teguran tertulis dalam bentuk surat dari pejabat pemerintah terhadap perusahaan yang melanggar pun beredar. Lucunya, dalam surat teguran dan pernyataan menyalahkan perusahaan yang diedarkan itu, lain perusahaan yang kami anggap terindikasi kuat telah membuang limbah, lain pula perusahaan yang di salahkan dan dikenai teguran.

Tampak adanya indikasi pengalihan di mana perusahaan yang di kenai teguran adalah perusahaan yang IPAL nya, (Instalasi Pengolahan Air Limbah) telah dibuat dan beroperasi sesui standar operasional yang benar.

Sementara perusahaan yang terindikasi melakukan kesalahan berat, karena system IPAL nya belum sempurna, tidak disinggung dalam katagori yang terindikasi melanggar pencemaran.

Inilah indikasi permainan dan bentuk-bentuk proteksi para pejabat dengan maksud-maksud tertentu. Ini cara atau strategi mereka agara bisa selamat dari kemungkinan jerat hukum. 

Perjuangan tak pernah berhenti. Atas dasar surat teguran yang telah dilayangkan oleh pejabat terkait kepada perusahaan yang melannggar dan dengan difasilitasi serta didampingi oleh organisasi lingkungan yang bekerjasama pula dengan lembaga bantuan hukum, aksi protes itu pun terus berlanjut.

Tujuh belas, penyerahan buku yang berisi protes, bukti dan penuntutan warga .

Karena limbah masih terus mengalir, setelah saling berkoordinasi dengan organisasi lingkungan, akhirnya kepada organisasi lingkungan para warga mengirimkan buku pengaduan yang berisi bukti, tanda tangan serta penuntutan warga.

Delapan belas, pertemuan makin serius di kantor organisasi lingkungan.  

Persoalan pencemaran makin serius dibicarakan. Bukti-bukti makin di suguhkan namun limbah makin mengila mengaliri sungai. Pertemuan para pejabat terkait dengan warga diadakan di kantor organisasi lingkungan yang telah melibatkan pula kepedulian rektor kampus Unila bidang hukum lingkungan.

Kehati-hatian, kewaspadaan dan kecemerlangan pikiran pemimpin sang koordinator aksi.

Aksi protes dan pembersihan limbah di sungai ini terus berlanjut. Ini tidak mudah, lama dan butuh kesabaran dalam penuntasannya. Butuh pertemuan demi pertemuan berikutnya. Kondisi ini membutuhkan kehati-hatian, kewaspadaan dan kecemerlangan berpikir sang koordintaor pemimpin aksi. 

Dalam masa itu banyak tantangan, cobaan pergolakan yang harus dihadapi. Dari pergolakan antar warga yang bahkan hampir memakan korban, pergolakan antara warga yang bahkan bila sang pemimpin atau coordinator tidak hati-hati dan cermat berpikir, bisa menjadi  perang antar desa.

Belum lagi sikap pemimpin daerah yang tidak menunjukkan kepedulian dan keberpihakan yang tinggi, bahkan melakukan upaya-upaya penggagalan bersama para oknum birokrasi yang bermain di belakang layar demi mengarahkan aksi ini agar perusahaan terlindungi.  Semua adalah pernik cobaan dan tantangan.

Terlalu banyak yang bisa menjadi catatan dan menjadi pengetahuan atas segala proses dan protes pembuangan limbah yang dilakukan secara sembarangan oleh perusahaan-perusahaan nakal yang semata ingin untung besar. 

System IPAL yang tidak menjadi prioritas perusahaan saat awal berdiri. Perusahaan yang tidak memahami karakter limbah produksinya. Program CSR yang juga tidak  menjadi prioritas sejak awal berdiri di mana perusahaan lebih mementingkan operasional dan produksi demi mengeruk untung besar lebih dahulu. 

Ini semua menjadi pengetahuan dan catatan bagi penulis yang pernah memimpin atau menjadi koordinator aksi pembersihan limbah berbahaya yang berlangsung lama. Suatu catatan untuk suatu hari kelak, bila ridho ilahi itu sampai, kita akan menggedor kebuntuan untuk suatu perubahan.

Ada banyak orang-orang yang mengambil untung dari segala usaha aksi dan keikhlasan kita berbuat. Termasuk oknum-oknum yang mengatasnamakan diri dari organisasi dan partai tertentu yang meminta uang pada parusahaan. Aku tahu dan memantau hal itu. Namun biarlah...nanti yakin, akan ada perhitungan dari tuhan.

Sungai yang kini tampak relatip bersih walau sesekali masih juga dialiri limbah, adalah amal berkat kerja kita semua. Meski bersihnya sungai tidak lepas pula dari upaya pengawasan yang terus menerus. Sebagai bentuk pertanggungjawabanku yang tidak berkesudahan, sampai hari ini pemantauan sungai  masih terus kulakukan melalui  siar medsos.

Dan tentu, bila limbah kembali mengalir seperti dulu, sesuai janjiku, janji kita, upaya hukum itu akan kita gulirkan. Namun kelak, bila tuhan mengizinkan, akan  ada upaya terakhirku dalam bentuk penyelesaian yang kusebut penyelesaian secara budaya. Apa, dan akan seperti apa itu nantinya? Tentu saja secara awam oleh siapapun itu tidak akan terpikirkan.

Kepada seluruh kawan-kawan yang telah menjdi bagian dari perjuangan ini, sebagai seorang insan yang pernah memimpin bersama kalian, ada rasa tanggung jawab ingin merawati kalian. Tapi sampai hari ini aku sedang disibukkan dengan perjuangan lain, untuk tujuan yang lebih besar kepada negeri.  Saling do'a adalah ganti perjuangan yang tak pernah sudah.

Salam api pembaruan tak pernah padam












Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak