Pejabat BPIP bilang pengajaran dan pembinaan ideologi pancasila akan kembali diterapkan melalui kurikulum di sekolah-sekolah. Niatnya, kalau dilihat dengan teleskop, bagus.
Tapi apa materi dan substansi yang hendak diajarkan? Kalau cuma mengulang-ngulang seperti materi p4 yang dulu-dulu sih, untuk apa pak. Makan anggaran sajaa..
Atau akan mengajarkan tentang sejarah bangsa? Atau mengajarkan tentang anti korupsi? Kalau pejabat di zaman rezim jokowi banyak yang korupai dan malah lembaga kpk sendiri dikebiri, apakah akan ngena ajaran dan pengajaran itu?
Dibilang lagi soal ideologi asing dan transnasional yang mengilfiltrasi bangsa ini. Loh, selama ini kan rezim jokowi sudah mempraktekkan ideologi asing itu. Kemana wae maneh..kok baru koar-koar. Ni sama artinya rezim ini maling teriak maling...
Ketika praktek ideologi asing dibiarkan, lah sekarang dibesar-besarkan ketakutan akan ideologi transnasional.
Apakah karena yang dimaksud ideologi asing itu tidak akan merusak sendi-sendi dan dasar negara ini, sehingga tidak terlalu perlu ditakuti, seperti takutnya kita akan ideologi transnasional?
Pada sisi itu ada sedikit benarnya. Namun bagi penulis, di dalaam ideologi asing itu sesungguhnya pula tersimpan sifat klandestin perusak yang juga tak kalah hebat.
Terutama jika dikaitkan dengan budaya serta moralitas yang hendak dan seharusnya dibangun di bumi keindonesiaan kita.
Salah satu agar ideologi transnasional tidak tumbuh subur, mungkin dengan usaha agar ideologi asing tidak tumbuh subur pula di tanah Indonesia.
Sebab kita tahu, ideologi transnasional itu sangat menentang ideologi asing tersebut. Hanya saja mungkin sulit bagi pemimpin yang sudah lebih familiar dengan ideologi asing.
Bagaimana bisa mengelak jika sejak sekolah saja para petinggi negeri ini sudah dan selalu dijejali oleh ideologi asing tersebut.
Seorang Srimulyani misalnya, yang sekolah di Amerika. Ketika pulang, apakah cara hidupnya diliputi budaya yang kini kita sebut transnasional?
Tentu tidak. Budaya hidupnya pastilah tidak jauhdari yang ia dapat di sekolahnya di Amerika.
Kita tidak hendak mengatakan bahwa ideologi asing itu buruk. Namun keberadaan ideologi transnasional yang melihat itu sebagai lawan, serta kesesuaian dengan budaya dan moralitas yang hendak dan sebaiknya dibangun di negeri ini, akan merupakan bahan bagi pertentangan atau benturan ideologi.
Dan itu, lahan subur bagi tumbuh kembangnya ideologi lain yang tidak berkesesuaaian dengan keindonesiaan kita.
Ketika penulis selalu katakan bahwa menangkis ideologi asing dan transnasional itu dengan ideologi pula, lalu apa ideologi yang akan diandalkan untuk menghadang hal itu?
Mau dengan ideologi pancasila? Pancasila yang mana? Pancasila ala soekarno? Pancasila ala BPIP nya jokowi yang sudah pernah melecehhkan agama itu?
Hahaha...kita semua tahu, bahwa rezim ini rada besar omong, pintar omong, pintar ngadali, sok menunjukkan ingin berbuat tapi ga punya bahan jadinya comot sana sini dan sikat sana, sikat sini.
Dan sekarang tentu lagi menunggu kalangan aktivis berkata lebih banyak untuk menjabarkan apa yang kalian inginkan bukan?
Jawabannya, sekolah lagi saja pak biar tambah pinter. Tapi sekolahnya di jalan-jalan, di rumah-rumah rakyat. Yang itu tidak mudah karena butuh waktu bertahun-tahun untuk sampai faham di titik tertentu .
Fahami kehidupn dan kesusahan rakyatmu. Rakyat tidak perlu pengajaran yang njelimet-njelimet dan seakan penuh nilai...
Kalian ingin menjadikan pancasila sebagai ajaran yang diajarkan, fahami dulu kondisi sosiologis dan fsikologis rakyat dan masyaràkat mu..
Kalau tak mampu, bubar saja BPIP itu!!! Jika kalian akan katakan aku yang tak mendukung BPIP sebagai tidak pancasilais, terserah!!
Dan para aktivis tak akan lagi mau berpanjang lebar berdiskusi tentang sesuatau hal sementara kedudukan kita tak sama. Kami sebagai aktivis, jangan jadikan kami sebagai yang memberi makan dan menghidupi kalian...!!
Salam