Kita tidak menyangsikan kemampuan ibu mega. Itu telah ia tunjukkan dalam memimpin partai.
Namun bagi penulis, kita hendaknya jangan terjebak lagi pada cara sekedar tampilan kulit khususnya atas pidato yang sekilas kita dengar pada saat penobatan gelar profesor kepada ibu Mega.
Ibu Mega katakan, indonesia membutuhkan semacam roadmap tentang indonesia ke depan. Roadmap yang seperti apa ibu? Apakah ibu bisa sedikit menggambarkannya?
Sebagai orang yang sudah mendapat gelar professor, mestinya ibu bisa menerangkan lebih rinci kepada rakyat agar rakyat tidak ragu atau setengah-setengah memberi dukungan kepada ibu.
Ini penting. Sebab bagi penulis yang sejujurnya lagi menunggu sosok satria paninggit yang bisa membawa kemakmuran bagi semua rakyat, ucapan seorang ibu mega sangat ingin kita telaah. Apakah itu memilki sesuatu yang bisa mengena bagi penciptaan kemakmuran.
Agar kita-kita bisa punya gambaran dan siapa tahu, terutama kepada calon pemimpin, bisa memilki gambaran untuk menjadi pemimpin harus memilki roadmap seperti yang dimilki dan dianjurkan Ibu Mega.
Harapan kita hal-hal seperti itu tidak hanya ungkapan kulit belaka seperti halnya saat jokowi berkata tentang revolusi mental yang dalam kenyataan, tidak menguasai atau memiliki konsep sendiri.
Bisa penulis simpulkan hal seperti ini hanya diambil dari gagasan-gagasan yang berseliweran di kalangan aktivis pergerakan.
Mengungkap hal-hal yang menggetarkan tapi kenyataannya tidak memiliki konsep sendiri, akhirnya hanya sekedar wacana tanpa makna.
Atau membiarkan itu diterjemahkan oleh para ahli, seperti halnya revoluai mental yang dalam praktek mengharap diterjemahkan oleh para ilmuwan? Jika demikian, apa makna sang pengungkap gagasan, jika gagasan itu harus diterjemahkan dan dijabarkan oleh para ahli?
Dan akhirnya gagasan itu tetaplah tak berjalan. Karena sang pengungkap gagasan ternyata tak memilki pengetahuan untuk itu kecuali hanya tahu istilah, kata-kata atau kulit luarnya saja. Sementara substansinya? Nol. Politik memang kerap mengambil jalan seakan lurus namun pintas yang membuang sisi-sisi etika.
Dan secara kedalaman makna bisa terkatagori tipu-tipu. Nauzubillah, semoga tidak untuk ibu mega.
Hanya saja ibu harus hati-hati dengan orang-orang sekitar yang seolah memberi jalan namun kenyataannya menjerumuskan. Namun jika Ibu tetap juga melakukan itu, ya sama juga artinya, ibulah yang melakukan itu.
Sebab sejarah akan menguji. Orang akan melihat bukti, terutama dari ibu mega sendiri, isi ungkapan itu apa.
Untuk ibu mega, semoga selalu sehat dan kuat agar bisa terus mengawal republik ini dan utamanya bisa menerapkan ilmu-ilmu yang dimiliki sesuai kegelarannya.
Kita menunggu jabaran, apkikasi dan realisasi dari substansi pidato itu.
Selamat ibu, semoga manfaat bagi bangsa.