Menyedihkan dan mengerikan! Ada sorang Mahasiswa mati bunuh diri terjun dari gedung. Aneh. Orang-orang sekitar tak ada yang berusaha mencegah, dan malah sibuk merekam aksi bunuh diri itu.
Ada lagi manusia tega menebas putus leher manusia lainnya, manusia membakar, menusuk, memotong-motong bagian-bagian tubuh sesama manusia.
Akan kemana arah budaya dan peradaban yang hendak dibangun umat manusia? Degradasi moral dan nilai yang parah.
Sementara para ahli filsafat sosial kemasyarakatan mungkin lebih mengambil kesibukan di kampus atau menyiapkan generasi yang lebih daripada dirinya dan seolah membiarkan fenomena sosial di masyarakat dituntaskan oleh situasi di mana waktu adalah jalan keluar dari berbagai persoalan.
Para ahli agama sibuk berpolitik, atau sibuk cari duit dan dimedia sosial sibuk berceramah dalam ruang yang juga dihasrati keinginan sambil membesarkan namanya.
Jika melihat di masyarakat kita yang cenderung agamis, masalah moral tampaknya memang menjadi tanggung jawab atau setidaknya keinginan besar para ahli agama itu ingin dipikulkan kepadanya.
Dan tanggung jawab itu ada di semua ahli agama, baik Islam, kristen, budha hindu yahudi dan agama-agama lainnya.
Dalam tulisan ini, kita tidak hendak mengajari para agamawan kita. Namun dari sudut pandang kekuasaan, dimana tujuan kekuasaan dan segala sumber daya kekuasaan harus mampu mencipta tatanan masyarakat yang dicita-citakan, tentulah pucuk pimpinan kekuasaan harus mampu menjadai penggerak semua elemen kemasyarakatan termasuk para ahli agama demi tercapainya cita-cita dan tujuan yang diidam-idamkan.
Pucuk pimpinan kekuasaan harus bisa membuat gairah pilsafat, gairah keagamaan dan seluruh cabang-cabang pengetahuan untuk mau berpaling dari rutinitas yang hampir terhigemoni oleh kapitalisasi kehidupan menjadi rutinitas pemikiran soal akhlak, nilai dan atau moralitas.
Paling tidak, seorang pucuk kekuasaan harus mampu membuat moment yang menyatukan kehendak bersama demi tidak kian runtuhnya moralitas, budaya dan peradaban manusia di masa depan.
Dengan kata lain, pemimpin yang terpilih dalam suatu kontestasi pucuk tertinggi negeri, hendaknya mampu mengatasi salah satu masalah yang sepintas nampak sepele namun hakikatnya masalah besar bagi umat manusia ini.
Pemimpin terpilih harus mampu membuat para agamawan atau teolog bersatu dalam hal tanggung jawab moral. Dari kebersatuan itu harus pula ditemukan suatu rumus kehidupan guna mencipta masyarakat masa depan yang penuh tata nilai moral dan budaya, penuh harapan tentram dan damai.
Pemimpin adalah muara dari segala risalah. Jadi kepada pemimpin segala harapan bahkan maki ditumpahkan dan disandarkan. jika pemimpin hanya sebagai setempel dan tanda tangan belaka tanpa misi dan visi kemana arah kita, maka untuk apa segala seremoni dan kontestasi dengan dana yang besar segala.
Jika pemimpin hanya akan mencipta atau menambah persoalan bagi bangsa, artinya bukan membuat solusi melainkan malah membuat masalah, maka bersiap akan digedor oleh palu kebangkitan rakyat semesta. Bagi para kandidat pemilu, camkan dan renungkan hal itu!!!
Bravo tuk para pemuda idealis indonesia!!!