Untuk Calon Pilpres 2024 : Jangan Bermain-main Dengan Mencari Simpati Umat Islam Jika tidak Memilki Pemikiran Ideologi Yang Benar. Sebab Akibatnya...



Seseorang yang mungkin akan mencalonkan diri untuk berkontestasi pada pemilu 2024, ketika anda mencoba mendekati umat islam, bicara tentang persatuan islam, berpropaganda dengan semangat agar umat islam bersatu di dalam gerbong anda, hendaklah anda menyiapkan diri dengan konsep pemikiran ideologi yang tepat untuk umat islam.

Ingat, janganlah anda membawa perdebatan pemilu kepada persoalan identity, namun anda tidak menyiapkan pemikiran ideologis kemana setelah massa emosional yang terbentuk nanti hendak diarahkan. 

Pemilu 2019, pemilu DKI dan peristiwa-peristiwa serupa sebelumnya, adalah contoh-contoh para kontestasi yang tak bertanggungjawab yang dikemudiannya tidak meninggalkan pesan dan pemikiran  ideologis sehingga massa mendapat arah pengajaran dan bukan sebaliknya semakin menanamkan sikap dan sifat pengerasan.

Jangan sampai anda hanya memanfaatkan massa umat islam, menunggangi, tanpa visi dan misi yang jelas bagaimana cara membngun umat islam itu sendiri. Tanpa pemikiran ideologi yang tepat, nantinya  anda hanya akan menjerumuskan umat islam.
 
Sebuah ideologi, tidak mesti anda jabarkan secara naratif yang panjang. Cukup melihat track ricord, gerak, sikap dan bahasa tubuh anda, manusia lain bisa menandai itu sebagai ideologi yang anda bawa. Meski  di baliknya Anda harus menyiapkan suatu narasi tertentu sebagai komit kedirian dan acuan.

Anda boleh berkata sampai berbusa bahwa anda adalah pancasilais, lalu jabatan-jabatan yang pernah anda pegang lekat dengan keharusan anda untuk tidak bisa tidak dipandang sebagai seorang pancasilais.
 
Namun jangan lupa, pancasila yang telah anda jadikan kasur selama ini sehingga anda tidur  nyenyak di posisi anda kini, adalah sebuah bangunan yang baru berupa kulit luar. Ini terjadi karena ideologi kita yang terbuka.

Di dalam kedirian massa manusia itu, ada inti diri baik secara individu maupun secara massa. Pun di dalam dari itu ada inti diri anda sebagai yang dianggap pemimpin, apakah anda kapitalis liberalis, anda kanan, kiri, dlsb, atau seorang nasionalis? Jika pun seorang nasionalis atau mungkin nasionalis islamis, apa misi visi  anda untuk kebaikan islam?
 
Celaka, bila di balik keberhasilan anda bisa menjadi peserta kontestasi dengan propaganda yang seolah merangkul islam, lalu umat islam memaknai anda sebagai symbol kebangkitan dan cara pencapaian kejayaan. Inilah yang penulis sebut sebagai anda yang bisa menjerumuskan umat islam, bila anda tidak mempersiapkan kemana arah kejiwaan umat islam, baik dalam kondisi menang maupun kalah dalam suatu kontestasi pemilihan.
 
Jika setelah berkontestasi, berjargon dengan mulut berbusa memanfaatkan dan menetesi api kepada umat islam, lalu  tiba-tiba anda lepas dari mereka dengan tidak meninggalkan  kesan pemikiran ideologis yang bisa mereka jadikan pegangan, maka anda hanya akan membuat mereka malah makin ada di wilayah jambangan yang dengan itu tumbuh subur dalam ganas dan liar. Dalam hal ini, lalu umat lagi-lagi disalahkan. Padahal umat atau rakyat hanya mengikuti ke mana arah pemimpin melangkah dan kemana jejak pemimpin tertuju arah.
 
Telah terbukti makin meruahnya  pengikut  FPI dengan watak yang kian mengeras, lalu aksi 212, alumni 212 dan lain sebagainya, yang itu terjadi ketika anda ada. Artinya ketika anda menjabat pada posisi penting dan terkatagori pemimpin yang dalam ruang tertentu mereka baca sedari awal akan membela mereka. 

Sebab pada awal pemilu dulu anda telah memanfaatkan mereka, anda telah berkolaborasi, beraliansi dengan mereka dalam usaha meraih kemenangan untuk diri anda.
 
Kebangkitan dan kejayaan islam harus memilki definisi. Anda harus mendifinisikannya dengan baik dan benar untuk kebaikan Negara Kesatuan ini dan umat islam sendiri. Dan anda, sebagai sosok yang tampaknya kini makin dekat untuk mengambil peranan dalam rangka kembali berkontestasi pada pemilu 2024, jangan bermain-main dengan umat islam. Jika anda tidak memilki hal yang penulis sebutkan di atas sebagai pemikiran ideologi yang benar.
 
Bermain dalam tataran isyu dan profokasi serta memanasi semangat ruh keislaman dengan bahasa-bahasa ruh kebersatuan, anda harus siap dengan pemikiran ideologisnya. Arah kemana umat islam akan dibangun harus jelas dan terpancar, walau tidak harus anda katakan secara naratif, namun bahasa tubuh, track ricord diri anda adalah pancaran yang bisa menjadi pegangan keumatan. Itu akan terjabar dan dijabarkan sebagai pemikiran ideologi yang anda bawa.

Jangan sampai ketika umat islam sudah menang dan memenangkan anda, lalu berbalik anda memukuli mereka karena anda tak memilki cara untuk mengarahkan dan membimbing mereka secara pemikiran ideologi. Akhirnya kembali  terjadi Pancasila yang keluar dengan berbusa-busa dari mulut anda hanya untuk alat menggebugi mereka. Sejarah telah berkata begitu adanya.
 
Sebaliknya umat islam harus berhati-hati dengan calon-calon pemimpin yang bagini. Gema persatuan yang didendangkan, itu harus difahami dengan melihat bahasa tubuh dan kedalaman pemikiran dari sanga calon. Ke mana islam akan dibawanya jika sudah menang?

Jangan sampai islam hanya  dimanfaatkan bagi kepentingan kelompok tertentu atau bahkan segelintir manusia yang ingin duduk manis di tampuk kekuasaan. Lihat kontestasi pada pemilu yang lalu di mana setiap calon memilki  pasangan dan calon pemilih yang dapat dimaknai sebagai memanfaatkan umat islam.
 
Namun kemudian, lihat salah satu kontestasi yang kalah lalu meninggalkan begitu saja kelompok umat islam yang telah membelanya, tanpa secuilpun berbekas kesan pemikiran ideologi yang bisa umat islam jadikan alat pendewasaan atau alat pencerahan pencerdasan.
 
Dan lalu salah satu kontestasi yang menang,  apa kemudian yang diberikan dan dibangun untuk umat islam? Untuk kemenangan yang telah diraih oleh Jokowi Makruf Amin, apa yang diberikan oleh Makruf Amin kepada islam? 

Penulis rasanya hanya bisa merasakan sekedar sebuah pangkat bahwa seorang kiyai naik jadi wakil presiden, kebanggaan bagi kaum santri bahwa ada salah satu santrinya menjadi orang ke dua di republic ini. 

Adakah pemikiran ideologi atau kerja nyata  yang bisa Makruf Amin berikan untuk membangun umat islam yang keleleran? Adakah pembangunan ekonomi yang signifikan yang Jokowi berikan agar umat islam yang mayoritas ini terangkat dari kemiskinan?

Janganlah kita sekedar memanfaatkan massa islam, hanya sekedar demi mencapai puncak jabatan.

Dengan ini, penulis tidak bermaksud menghakimi. Penulis tidak bisa menemukan bahasa lain untuk bisa  menggambarkan aktor-aktor pemain dalam sejarah pemilu yang lalu. Harapan penulis dan niat penulis mengajak berbenah kepada semua komponen kebangsaan. 

Segala yang salah, insyaallah kemudian akan benar ketika langkah selanjutnya adalah kejujuran berbenah. Marilah jangan melepas busur jika mata samar melihat cara menyembuhkan segala luka, lara dan faham yang tertanam saat busur telah tertancap dan menggurat.

Kita cinta kepada bangsa ini, bukan?

Salam 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak