Ya, terkait minyak goreng, dan lebih khusus minyak goreng jelantah, ada ribuan manusia menggantungkan hidupnya dari sini. Lihat para pengepul itu, lihat mereka mengumpulkan minyak jelantah dari rumah ke rumah, dari warung ke warung. Lihat, mereka menghidupi anak dan keluarga dari situ. Dan bayangkan ketika kebijakan pemerintash dengan semena-mena memutus mata pencarian mereka itu dengan melarang ekspornya. Bukankah para pengumpul di akar bawah jadi kehilangan mata pencahariannya?
Adakah seorang Jokowi merasakan kecemasan mereka, tentang esok hari dari mana akan mereka dapatkan makan dan berbagai biaya hidup lainnya?
Penulis, tergerak mengangkat berita dan cerita hidup para pengepul jelantah ini karena penulis telah secara nyata melihat kehidupan para pengepul, sementara di sisi lain minyak jelantah tidak berkaitan langsung atas terjadinya kemahalan harga. Jadi kenapa minyak jelantah, sumber hidup rakyat kalangan bawah ini harus di larang diekspor (dibuang) oleh pemerintah?
Penulis tidak bermaksud mempropokasi. Namun tidak bisa menyembunyikan kejengkelan atas segala tindak-tanduk serta kebijakan Jokowi dengan para menteri yang sudah pada sibuk ngurusi suksesi.
Saking jengkelnya atas kebijakan yang tidak masuk akal serta menyengsarakan ini, penulis berani nyeletuk di sini. Ketika nanti minyak jelantah itu makin numpuk, dan kemudian bisa mengakibatkan penciptaan limbah berbahaya bagi kesehatan, mending dibuang saja itu minyak jelantah.
Tapi dibuangnya jangan ke laut atau ke suatu tempat yang jauh dari perkampungan kota. Lalu kemana? Ke istana. Banjiri jalanan dan halaman istana dengan minyak jelantah. Agar Jokowi malu, berpikir dan bertanya, apa salah dan dosanya?
Sebagai rakyat yang berusaha membela sesama rakyat dengan berusaha menjadi corong rakyat, penulis tidak berharap istana benar-benar dibanjiri minyak jelantah. Namun jika itu benar terjadi, dan mungkin saja terjadi,jangana salahkan rakyat sebab itu artinya rakyat sudah memilki alasan yang kuat ketika melakukannnya. Setidaknya mungkin suara mereka sudah tidak didengar lagi dan penguasa sudah bisa dikatagorikan lalim kepada rakyatnya.
Kepada Jokowi, sekali lagi jangan salahkan rakyatku. bila hendak mencari kambing hitam salahkanlah orang sepertiku. Karena aku yang bersuara dan membela mereka. Maka kalau berani, tangkaplah aku.
Sebaliknya pemimpin yang cerdas akal dan peka jiwa, mestinya menjadikan ini sebagai peringatan, ajakan, anjuran agar kepedulian kepada rakyat dari seorang pejabat, sungguh-sungguh dalam kebijakan yang membahagiakan rakyat itu terlihat. Bukan sekedar janji-janji di balik wajah tanpa dosa bak malaikat.
Duhai jokowi, berpikirlah dan kepada rakyat bawah berpihaklah!!! Engkau pemimpin yang masih kami hormati dan sesungguhnya masih kami sayangi. Karena saat ini, rakyat tak memilki yang lain selain dirimu yang bisa mengubah peraturan-peraturan yang membuat pilu itu.
Namun jika setelah diperingati ternyata engkau tidak juga menunjukkan i’tikad untuk peduli, maka itu artinya engkaulah yang mengundang rakyat berbuat nekad !!
Salam penuh hormat