Menelaah perilaku dan ucapan Jokowi, terutama soal tegurannya terhadap group watsapp TNI POLRI, tentang IKN yang katanya itu sudah ditetapkan oleh pemerintah dan DPR—maka tidak boleh dibicarakan lagi oleh anggota TNI POLRI.
Ini sangat jelas menjadi indikasi seorang Jokowi sesungguhnya adalah pemimpin yang anti demokrasi. Terlepas dari TNI POLRI adalah lembaga bagian dari pemerintah yang berada di ketek presiden dan terserahlah jika presiden menjaganya agar tunduk pada dirinya.
Namun yang menjadi masalah adalah cara pemerintah membentuk undang-undang yang penuh tipu-tipu dan tidak melibatkan masyarakat luas, inilah yang sesungguhnya dipermasalahkan dan menjadi ciri ketidakberpihakan seorang Jokowi terhadap arti dan keberadaan demokrasi.
Dengan seenak wudelnya dewe presiden bilang itu sudah ditetapkan dan disetujui antara pemerintah dan DPR dan ia anggap itu sudah selesai.
Jika seorang pemimpin negeri berpikir seperti begitu, apa artinya rakyat di mata pemimpin seperti ini? Rakyat kumpulan orang-orang begokah? Atau sesungguhnya pemimpinlah yang bego?
Dari sini, rakyat bisa menarik kesimpulan bahwa demokrasi bagi seorang jokowi, hanya ditandainya dari keberadaan dirinya yang menjadi presiden berangkat dari pemilu.
Padahal pemilu itu sendiri dipertanyakan demokratisnya ketika rakyat dipaksa hanya memilih dua calon yang dalam sudut pandang tertentu dan bagi rakyat tertentu, itu tidak memenuhi kriteria calon yang diharap, itu bukan keinginan rakyat dan itu artinya mengingkari arti demokrasi yang sesungguhnnya adalah tersalurnya kehendak rakyat.
Seorang presiden yang dari sepak terjangnya anti demokrasi seperti ini, dapat kita raba jiwanya. Gua, sudah jadi presiden, lu mau apa? Gua presiden punya cara sendiri ngambil keputusan, lu mau apa?
Ya, perilaku presiden yang begini, dapat kita jabarkan dengan ungkapan-ungkapan terperilaku demikian. Artinya, manusia seperti ini semau-maunya. Kenapa bisa semaunya? Karena ia merasa kuat.
Padahal, sekuat apapun seorang penguasa, jika di jiwanya tertanam sifat karakter kedemokratisan, ia pasti akan menempuh cara demokrasi bahkan ia akan mencari jalan yang paling demokrasi.
Sebab dalam pikiran manusia yang berwatak demikratis, mengerti akan arti penting demokratis, akan melihat demokratis adalah jalan bagi ketentraman atau kedamaian serta keberhasilan suatu cita-cita atau tujuan. Ini biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin yang memang memilki tujuan atau visi dan misi yang dengan visi misi itu ia yakin dengan jalan demokratis yang baiklah akan dicapai suatu keberhasilan visi misinya itu.
Sementara cara pintas dan cenderung mengingkari kedaulatan rakyat, bisa menjadi indikasi bahwa di balik itu ada yang pantas dicurigai sebagai keanomalian atau penyimpangan.
Dan cara semaunya serta mengingkari hak rakyat itu pantas serta wajib ditentang oleh siapapun manusia waras yang merasa sebagai rakyat negeri serta memilki nurani kepembelaan.
Tentang teguran jokowi atas obrolan di kalangan TNI POLRI, pun tidak lain itu gambaran kerisauan seorang Jokowi. Ia risau bukan karena kedisiplinan TNI POLRI yang dikatakannya menurun, melainkan lebih karena obrolan itu menohok kebijakannya yang ia sadari sesungguhnya tidak berkesesuiaan dengan kehendak dan aspirasi rakyat.
Rakyat sampai hari ini sedang berjibaku mencari jalan dan bertahan agar bisa hidup dari terjangan pandemic dan gempuran berbagai harga di pasaran yang membumbung tinggi, ditambah kebijakan yang tidak ada yang tidak memberatkan serta menghisap rakyat, sementara pemimpin sibuk mengurus pindah ibu kota yang rakyat awam di desa-desa dan pelosok kota saja nyadar bahwa itu belum tepat waktunya.
Kalau pemimpin waras, coba konsentrasilah dalam usaha mengatasi pandemic dan konsentrasi pula menyetabilkan harga-harga dipasaran yang kini semua melambung tinggi.
Memang dalam masa kepemimpinannya ada sebuah rencana membangun ini dan membangun itu. Namun seorang pemimpin yang bijak dengan jiwa penuh berpihak kepada rakyat, seharusnya tidak memaksakan kehendak. Sadarilah bahwa dari seluruh waktu yang berputar dengan segala rencana umat manusia, ada takdir yang ditentukan tuhan. Ini keterbatasan manusia.
Jika takdir tuhan membangun itu dan membangun ini bukan diletakkan pada pundak diri kita, maka hendaknya kita tidak memaksakannya. Takdir hari ini, kita terkena pandemic dengan situasi perang yang tak terelakkan. Jadi sadari bahwa itu kenyataan di mana kondisi belum pas untuk melaksanakan rencana, meskipun rencana itu sudah disusun sejak lama.
Kalau waras, tunggulah setengah tahun atau setahun atau dua tahun lagi sampai pandemic ini benar-benar reda dan ekonomi rakyat serta kondisi keuangan negara pulih dimana pundi-pundi negara terkumpul lebih banyak lagi.
Agar kebijakan pindah ibu kota itu tidak menyakiti hati rakyat yang dalam kondisi payah ini rakyat seolah dianaktirikan dan diberatkan, terutama saat berbagai pungutan dan kenaikan menjadi bahan curiga sebagai cara penguasa mencari dana demi rencana-rencananya.
Saat ini segala kebijakan penguasa memang terasa membebani rakyat. Rakyat sudah dihinggapi rasa curiga yang membuat hati rakyat tak tenang.
Dalam pikiran rakyat, pemerintah yang sudah kehabisan dana, akibat bangun sana bangun sini tanpa perhitungan dan seribu alasan penanganan pandemic yang terindikasi dikorupsi ini, segala kebijakannya hanyalah dalam rangka mencari sumber dana bagi rencana-rencana pembangunan ala mereka.
Coba, BPJS menjadi syarat untuk segala urusan termasuk jual beli tanah dan sebagainya, itu apaaa....pak de joko? Rakyat yang awam saja jadi menerka bahwa ente kehabisan dana sehingga rakyat dibebani dengan penghisapan serta pemerasan dan segala hal-hal yang ga nggenah.
Kalut, akhirnya segala cara dilakukan jokowi. Kalut, galau dan kacau pikiranmu, jadi marah-marah kepada TNI POLRI.
Coba, jika group watsaap TNI POLRI itu penuh dengan onbrolan yang menyanjung-nyanjung dan mendukung kebijakannya, mungkin Jokowi tidak akan melakukan teguran.
Bagi rakyat, sesungguhnya obrolan di tataran anggota TNI POLRI di Watsaap yang membicarakan perihal IKN itu bisa dimaknai pula sebagai cermin jiwa para aparat negeri ini.
Dari hampir seluruh aparat dan pejabat yang sudah ada di bawah ketek jokowi, Ahamdulillah...masih ada aparat yang mau membicarakan tentang kontroversialnya kebijakan pindah ibu kota yang itu bisa dimaknai sebagai sikap memperhatikan rakyat.
Dengan adanya obrolan seperti itu, rakyat menjadi tahu jiwa para tentaranya. Ya, masih ada tentara yang ingat pada rakyat. Rakyat, menjadi tahu keberpihakan para tentaranya. Dan akhirnya rakyat menjadi punya alasan untuk makin cinta kepada para tentaranya.
Bagi rakyat, sekalipun hidup ini penuh dihimpit oleh kesulitan tersulit bahkan andaipun harus menemui takdir di ujung kematian atas suatu keadaan negeri, jika di masa-masa kesulitannya, didapatinya para punggawa negeri itu ternyata juga mencintainya, ikut memikirkan rakyat dan berjuang bersamanya, maka rakyat terobati luka hantinya.
Kemiskinan, kesengsaraan bahkan kematian bagi rakyat dapat diarti adalah tumbal suci bagi hidupnya negeri. Menjadi pengabdian oleh sebab rakyat mendapat teman seperjuangan yang berarti.
Maka kepada para TNI POLRI atau terhadap para pejabat lain yang masih memilki hati untuk rakyat yang sampai hari ini sungguh-sungguh sangat dihimpit sulit, tunjukkan terus jiwa kepembelaanmu kepada rakyat.
Sebab itu menyemangati rakyat untuk bisa terus bertahan dalam kesulitan hidup. Itu air yang mengguyuri panas dan lara hati rakyat atas kebijakan pemimpin yang makin jauh dari kehendak rakyat.
Jika di tempat yang satu, celah keberpihakan itu ditutup, maka cari celah lain agar pembelaan itu sampai kepada rakyat.
Ingat, dan dengar ini duhai semesta Indonesiaku, Indonesia kita....perubahan bahkan revolusi akan menjadi sesuatu yang menggembirakan. Ia akan menjadi khabar gembira bak kedatangan para nabi dengan ayat-ayat Tuhannya.
Ia akan menjadi pelipur dan harapan bagi kaum miskin papa di sudut-sudut desa dan lorong-lorong kota, jika para tentara serta punggawa negeri se teman, seperjalanan, bersama dalam satu jiwa dengan rakyat dalam ikatan saling percaya dan cinta.
Kepda penguasa, utamanya kepada Jokowi, berbenahlah..berpihak dan pembelaan kepada rakyat itulah jalan. Agar segala kebijakanmu tidak mengundang controversial.
Agar penentangan terhadapmu tidak makin membesar. Dan agar wacana penurunan kekuasan di tengah jalan tidak makin menjalar.Tulisan ini sebagai tanda cinta kita pada Indonesia. Bukan kebencian.
Atas nama rakyat indonesia, sujud hormat dan terima kasih tak terhingga kepada TNI POLRI ku atas segala pembelaanmu.
Salam