Menjadi aktivis idealis di masa ini, itu tantangannya sangat luar biasa beratnya.
Berteman atau bahkan berkasih walau banyak beda pandang politik diantara kita, hingga akhirnya kelak sama-sama kita sadari itu proses kita menyatukan hati.
Itu proses kita dalam membesarkan republik ini...itu semua, bisakah kita? Mungkin bibir sanggup berkata, bisa. Namun kenyataan yang kita temui kerap membuat langkah ini berputar-putar. Bukan kita yang tak punya pendirian.
Mengintip datangnya mentari pagi menjadi rutinitas yang tak sengaja dan lalu menjadi susuatu yang bak mengintip datangnya kekasih. Menyenangkan. Meski itu kerap di awal-awal.
Sebab kemudian yang kita kasihi, yang kita beri ketulusan kerap malah memberi pesakitan. Mengambil manfaat dari kemalangan yang kita miliki.
Meski hati ini ikhlas tapi kita manusia, jiwa ini tetaplah tak bisa dipungkiri, lara. Dan teman atau pun seseorang yang ingin kita kasihi, tak perlu melihat atau tahu kelaraan itu.
Sebab lara itu memang milik kita. Kita mesti kuat dengan segala kemungkinan hidup. Harus kuat untuk mendapat bahkan kuat untuk tidak mendapat.
Dan mengintip datangnya mentari pagi, kadang menjadi kegiatan yang bisa pula dikatakan bak mengintip datangnya sosok aktivis.
Mengintip teman atau sahabat yang akan datang memberi kebaikan, semacam rezeki atau hal lain sejenis pencerahan serta kecerahan masa depan. Dari mana datangnya ia, apa latar belakanagnya ia?
Kadang, ketika kita melihat atau mendengar uangkapan seorang aktivis yang berapi-api, hati kita jadi tertumpah penuh harap. Seakan masa depan dengan kebahagiaan seluruh anak negeri sudah ada di depan mata.
Ya, besarnya harapan kita pada aktivis untuk segera membawa pencerahan dan kecerahan bangsa berikut kecerahan nasib rakyat seperti kita semua, kerap membuat kita berhari-hari tak lepas mengamati sesosok aktivis. Karena hati ini memang sungguh berharap, mendoa dan mencari.
Ya, itu yang kerap kita rasakan. Lalu dari setiap ungkapannya, kata demi katanya, kita mengamati, adakah yang bisa kita jadikan pegangan untuk semakin menguatkan perjuangan, agar semakin jelaslah tujuan atau arah kita bersama.
Namun suatu ketika, hati kita, bagai kembali dihempas oleh kelaraan dihianati kekasih. Dihianati oleh harapan yang mulai tumbuh namun ternyata harapan itu tumbuh di atas genangan bara lahar dan magma.
Ketika sang aktivis ternyata ada di rumpun berbeda. Bukan sekedar berbeda melainkan sanggup menghirup darah orang-orang yang mesti kita kasihi, darah rakyat, air mata rakyat.
Ia ternyata aktivis yang menghianati ketulusan kita dengan menyediakan diri sebagai pembela orang-orang yang menyakiti rakyat.
Dan cinta serta ketulusan hanyalah bibir dari manusia yang tak pernah memilki cinta dan ketulusan cinta.
Maka sipapun di sana duhai para aktivisku, terus lakukan pembelaan, sekecil apapun dan dimanapun itu. Langkah-langkahmu, semua ucapan-ucapanmu, rakyat merekamnya. Jangan lari dari ketulusan, jangan berhianat atas kepercayaan yang rakyat berikan.
Para pembela rakyat yang gigih, yang dengan akal sehat ketika berucap, yang perkasa dengan kelogisan bahasanya, yang cemerlang pemikirannya, yang setia bersama rakyat hingga titik akhir perjuangannya, adalah kaum pembela sejati yang kan dingat oleh rakyat hingga mati.
Rakyat mengingatmu dalam tangis, lapar dan dahaga. Maka jangan sekali-kali kau ingin berpaling dari rakyat . Rakyat mengukur segalanya dari kesetiaan.
Hidup hanya sekali. Sekali yang memberi arti.
Masa depan rakyat dan negeri ada ditanganmu, tangan-tangan para pembela dan pencerah, bukan tangan-tangan para penjilat, penipu, pencari muka dan penghisap darah daan air mataa rakyat!!
Dan dalam kenyataan yang lain, mengintip datang matahari pagi kerap pula menjadi hal yang serupa mengintip perilaku aktivis dengan sesama aktivis lainnya.
Ketika dalam kenyataan kita kerap mendapati para aktivis yang berpecah belah.
Ya...hari ini aku melihat kalian ada yang berpecah. Sebagai sesama aktivis ku ingin mengingatkan, suatu saat nanti ada masa kalian harus, harus dan harus mampu bersatu.
Itu jika kalian dan kita semua ingin ada dalam gerbong besar dan berperan dalam perubahan besar.
Untuk tujuan yang besar kita harus bisa melepaskan ego diri, membuang segala perbedaan.
Karena ego diri dan segala kebedaan itu terlalu kecil dibanding tujuan besar yang hendak kita capai.
Aku selalu memikirkan kalian
Aku tak ingin selamanya kalian bercerai berai
Setidaknya sampai kelak suatu sosok datang sebagai symbol persatuan.
Salam