Coba renungkanlah dengan segenap akal budi. Ketika kita hinakan orang lain, atau kita hinakan agama lain, apa yang engkau dapat? Rasa puaskah? Atau merasa mendapat pahala?
Jika engkau merasa puas, coba renungkan, dari sisi mana kita mendapat kepuasan? Ketika kita hina dia, apakah lantas orang lain itu merugi? Atau jadi berkurang harta bendanya, keyakinannya?
Seseorang yang menjawab dengan akal budi, pastilah akan mengatakan tak ada kerugian yang dideritia olehnya.
Malahan orang yang menghinalah yang akan dilihat oleh orang sebagai manusia yang tidak normal, bahkan terkatagori lebih bodoh dari orang yang dihina olehnya.
Apa sebab? Sebuah keyakinan. Atau taroklah bukan keyakinan, misal suatu jalan hideup yang menjadi pilihan sesoraang, tidak bisa kita ukur dan samakan dengan jalan hidup diri kita sendiri.
Setiap yang dipilih oleh orang, pastia dia memilki alasan dan latar belakang untuk ia memilih jalan itu.
Dan tuhan ada di mana-mana. Ketika seseorang yakin akan sesuatu, bahkan batu sekalipun, jika itu mampu membuat ia menjadi runduk, patuh, dan baik dalam menjalani kehidupan karena ia merasa menemukan tuhan di situ, apa yang salah dari manusia itu? tidak ada.
Karena itu hidup dia. Dia menemukan sesuatu yang tidak ditemukan oleh orang lain karena mungkin keterbatasan kita, keterbatasan penglihatan, pengalaman dan mata batin kita atas seuatu yang mungkin tidak pernah kita alami dan rasakan.
Jadi kenapa kita mesti menghakimi?
Nah, ketka islam dihinakan, percayalah bahwa yang menghinakan itu belum bahkan tak tahu tentang islam, karena ia tidak mengalami hal-hal yang nyaman sebagaimana yang dirasakan para pemeluk islam.
Lebih jauh ia tak tahu apa dan kenapa ia berbuat begitu selain karena kebencian oleh sebab budayanya yang beda
Pun ketika ada yg menyela-nyela kekristianian, mungkin ada kebaikan yang belum kita tahu dari kekristianian itu.
Khabar gembira tentang pencerahan itu memang belum sampai kepada kita. Tapi apakah kita tak bisa membedakan lebih baik yang mana, menyayangi atau membenci?
Dan ketika pencerahan itu belum sampai, dengan berpegang pada tonggak akal budi saja, mungkin cukup bagi manusia untuk saling memberi damai.
Namun jika itu tidak mencukupi juga, percayalah kelak akan datang hari-hari tercerahkan lalu kita tercengang betapa sesungguhnya antara islam dan kristiani itu tidak perlu saling membenci.
Bahkan kelak mungkin kita akan lebih terperangah, ketika tahu betapa dari keduanya itu sesungguhnya saling melengkapi.
Kerosulan muhammad dan kebangkitan isya putra maryam itu sesungguhnya adalah kebangkitan ajaran untuk saling melengkapi, meneduhkan dunia dari rasa benci, Insyaallah jika tuhan menghendaki.
Kepada para tokoh di luar dan di lingkung serta pendukung penguasa, tak perlu mempropokasi umat menjadi seolah di depan membela.
Jangan jadi bak pedagang yang menjual dagangan(agama)dengan harga murah.
Sebab itu hakekatnya menambah kadar kebencian diantara keduanya. Mari lantunkan suara yang saling menyejukkan untuk kebaikan dan masa depan dunia.
Kepada para pemimpin dan para calon pemimpin, berlombalah untuk kebaikan umat manusia..
Salam sayang dan cinta