Dari mulai pandemi lalu bencana demi bencana hingga berpulangnya orang-orang yang kita kasihi. Yakin optimis kita akan melampaui cobaan demi cobaan ini. Ada harapan yang menanti.
Sebuah kebangkitan manusia dengan kediriannya, sebuah kesadaran baru dari suatu inti kesadaran lama yang hilang atau mungkin tepatnya kesadaran baru yang belum kita temukan.
Ya, seibarat benda, ada yang aus terkhorosiif. Manusia, pada akhirny senantiasa mengalami jenuh budaya. Puncaknya gegar budaya. Manusiawi.
Sebab tak ada yang mampu untuk tidak mengalami fase-fase ter—ubah oleh perjalanan waktu dan putaran dunia.
Dan setelahnya datang terang baru.
Lihat sejarah dunia, dimulai dari masa kenabian hingga para pembaru dunia, semua menjawab kondisi masyarakatnya, semua menjawab tantangan zamannya.
Tulisan singkat ini tak hendak mengungkap secara sepesifik apa kebangkitan dan atau kesadaran baru itu.
Sebab penulispun lagi memikirkannya. Pun itu haruslah dipkirkan oleh kita semua, dari pemimpin dan para tokoh yang mestinya merasa bertanggung jawab atas kondisi ini.
Ketimbang sorang profesor atau guru besar berkata jauh dari nalar kebenaran intelektualnya.
Ketimbang ungkapan seorang mantan jendral yang lebih bernuansa berlindung dengan nasionalisme yang lalu mendiskriditkan liberalisme padahal dirinya sendiri hidup dari sistem neo lebih lberal yang notabene dirinya disitu.
Yang akhirnya semua bisa menjadi fitnah dan bahkan adu domba...semua kontraproduktip.
Ya, ketimbang sibuk dengan ungkapan-ungkapan tak guna yang menjadi penegas kerapuhan sistem serta arah perpecahan dari masyarakat kekinian kita, mendinglah para tokoh dan pemimpin berpikir tentang hal-hal yang menunjang kebangkitan masyarakat kita.
Hari ini dalam pikiran penulis, masyarakat ini sudah terlalu rapuh, kehilangan rekat dan sebagainya, dan sebagainya...
Sekali lagi kepada setiap pemimpin dan calon pemimpin, mari jadi pembaharu di setiap bidang yang kita geluti untuk menjawab tantangan zaman ini.
Jadi oposisi atas diri yang lain tidaklah haram bahkan mungkin menjadi hal baik ketika kebutuhan dan keadaan memang menghendaki kehadiran kita dengan ungkapan-ungkapan kritis kita.
Tapi mungkin itu .mejadi jauh lebih baik ketika perkataan disertai kecerdasan nalar atau cerdas logika.
Semoga makin bermunculan calon-calon pemimpin yang akan menjawab tantangan zamannya, waullahu a'lam biswb..
Salam