Pancasila ala PDIP hanyut bersama aliran sungai...keruh dalam jerit terdalam suara rakyat yang terbungkam.
Bertahun penulis memperjuangakan sungai ini, sungai way galih, tempat penulis dibesarkan oleh air dan tanahnya, agar bersih kembali. Sungai yang dulu jernih bersih dari limbah.
Sejak terakhir penulis memposting limbah terdahulu, saat mendekati proses pilkada, sungai ini dengan segala habitat dan manusia yang hidup di sekitarnya, cukup merasakan tenang tanpa busuk limbah yang mengalirinya.
Namun kenapa, bersamaan dengan bupati terpilih dilantik kemarin jumat 26 februari, bersama itu pula limbah kembali mengaliri sungai way galih ini.
Ada semacam uforia, setelah sekian.lama kami awasi, setelah menang pemilu berbalik menantang rakyat, lalu membiarkan limbah dan masa bodo dengan rakyat yang menderita.
Bupati lampung selatan, adalah kader PDIP. Penulis dan kami rakyat dibantaran sungai, tidak bisa melihat hal lain kecuali yang kami lihat dia bupati adalah kader sebuah partai besar dengan moncong putih lambang suci dengan slogan pengawal pancasila.
Ini bukan kebencian, pun bukan mencari-mencari kesalahan namun bukti dan kami terpaksa mengait-ngait kan semua yang terkait dengan fakta sampai adanya limbah, hingga kami terpaksa bersuara apapun itu demi bersihnya kembali sungai kami.
Bahwa antara pucuk pimpinan partai, ideologi yang sampai mulut berbusa di ucapkan, hingga kader-kader partai dengan perilakunya di kehidupan nyata rakyat jelata itu berkait.
Sudut pandang penulis dalam.melihat hal ini tidak pada penegakan hukum kepada perusahaan-perusahaan terkait, sebab itu hanya akan membuat panjang waktu.
Bagi penulis ini adalah semata perilaku pemimpin sebagai seorang kader suatu partai.
Maka kepada pucuk pimpinan partai, penulis berharap dapat menegur kader-kader nya yang ketika menjadi pemimpin abai akan kehidupan orang-orang yang dipimpinnya.
Limbah di sungai way galih, andai bupati mau berpihak pada rakyat, bagai membalik telapak tangan, limbah itu sangat mudah dihentikan.
Janganlah pancasila dengan nilai-nilainya hanya jadi slogan belaka, semntara perilaku dan kebijakan terasa mencekik dan bahkan membunuh bagi rakyat jelata.
Jangan biarkan nilai-nilai diucapanmu hanyut bersama busuk limbah. Karena busukmu sebagai penguasa akan tercium oleh rakyat yang merasakannya.
Ayo buktikan pembelaanmu kepda rakyat!!