Met malam seluruh teman aktivis pergerakan dimanapun berada...
Jangan lupa senyum dan tawa bahagia.
Hari-hari kita jalani, berada di luar kekuasaan dengan idealism
yang kita miliki. Apa yang kita punya, apa yanag kita pertahankan, ini mahal.
Sebab kita memilki yang tak dimilki mereka. Itu yakinilah...
Setiap aktivis yang berani berada di luar kekuasaan, adalah
orang-orang yang berarti memilki pemikiran sendiri. Sekali lagi, yakinkan dirimu soal itu.
Kita orang-orang yang berani menanggung resiko terkucil dari suatu
pesta.
Mari kita buat iri mereka kepada kita. Jangan kita yang meleleh
hanya karena melihat pesta pora dengan makan enak mereka di sebuah meja dengan altar mewah.
Banggalah dengan ke dirian kita sampai akhirnya mereka yang terleleh air ludahnya.
Dan yakinlah mereka akan iri karena mereka tidak memilki keteguhan seperti kita.
keteguhan yang berangkat dari apa yang sesungguhnya kita punya.
Lihat, mereka bisa kita makanai sebagai sesuatu yang memang
ternyata...karena mereka baru saja membentuk
kelompok baru bernama "kita". Nama "kita " itu sebenarnya
adalah kata-kata yang aku gagas sebelum rezim ini berkuasa dulu.
Sesuatu yang aku sebut sebagai "orang-orang kita" kala
itu. Orang-orang kita adalah kaum yang mengidentikan diri sebagai yang
bukan mereka. Aku mengidentikkan kaum mereka adalah rezim yang berkuasa.
Orang-orang seberang sini dan bukan seberang sana yang terdiri
dari berbagai-bagai manusia dalam kesamaan dan ketidaksamaannya..
Orang-orang seberaang sana adalah orang-orang rezim dengan segala
tingkah lakunya.
Kata-kata “kita”, untuk memudahkan penyebutan bahwa aku, kami,
adalah bukan mereka. Itulah kita.
Kata-kata “kita” dulunya juga kurancang dan kumaksudkan untuk
membelah masyarakat bila musim pemilu agar
tersederhanakan, antara “kita” dan mereka.
Namun maksud dua kutub pada pemilu ternyata rawan akan rekayasa
oleh manusia-manusia yang tak memilki gagasan kecuali ingin berkuasa dengan
modal besarnya.
Demokrasi kita yang belum sehat menjadi pengkebiran demokrasi ketika
maksud dua kutub diterjemahkan dengan
adanya parliamentary threshold.
Kata “kita”, jujur, penulis maksudkan waktu itu unutk membela kaum
oposan waktu itu yaitu mereka yang berkuasa kini.
Lalu kini kata itu dipakai oleh mereka. Tak mengapa. Tak akan
begitu berarti sebuah nama jika substansi kedirian mereka kosong dari gagasan.
Rezim ini kosong. Mereka hanya mampu dan berusaha mendekati kaum
aktivis untuk mencari dan mencuri-curi gagasan dengan segala akal.
Sekarang, kalian yang memiliki kesempatan untuk berkata, teruslah
lantang bersuara untuk membela rakyat.
Yang sedang mengumpulkan energi untuk gerak di kemudian hari
teruslah menyiapkan diri.
Ini perjuangan yang tak ada henti sampai mereka memenuhi segala
tuntutan rakyat. Sampai rakyat benar-benar terbebas dari belenggu kemiskinan
dan rasa tertindas. Apapun yang terjadi, aku dan kamu-kamu semua saudaraku,
adalah satu dalam tujuan pembelaan.
Salam penuh semangat juang dalam bahagia cinta dan sayang