Meski penuh onak dan lara, yakinlah perjuangan ini kan sampai di titik indah pada waktunya

 

Begitu sulit membuat indonesia menjadi bersih dari korupsi, nyaman dan indah bagi khidupan kaum jelatanya.

Ketika ia kini berada dalam cengkram kaum rakus yang ditandai pelemahan KPK, undang-undang omnibuslaw, penangkapan aktivis dan sederet kebijakan mereka yang sungguh di luar nalar akal sehat perikemanusiaan yang beradab.

Pertanyaan besarnya, akan kemana kau bawa bangsa ini duhai penguasa?

Jika ingin didekatkan pada teori budaya, jelas ini bukan persoalan proses sosialisasi lalu internalisasi dan akhirnya cara pandang manusia dalam melihat persoalan.

Ini persoalan kemaruk alias rakus akan kekuasaan. Suatu rezim yang ingin mempertahankan kekuasaan dengan segala cara.

Jika soal budaya, biasanya manusia akan cenderung runduk pada kebenaran yang hakiki karena itu bagian dari proses manusia dalam meningkatkan mutu diri, ada etitut atau naluri kecerdasan akal yang cenderung menghargai kecerdasan pendapat atau akal tertinggi.

Namun bila soal kekuasaan, tak ada keinginan bagi sang pemangku kekuasaan untuk melihat hal lain kecuali cara pandang kekuasaan. Politis.

Dan apa lagi jika sang actor kurang memiliki keluasan dalam cara pandang pikir. Dan akhirnya jatuh dalam kekuasan yang bodoh, tanpa dasar lalu diikuti para pemujanya yang memuja juga tanpa dasar.

Dua cara untuk menghadapi rezim seperti ini. Pertama dengan cara kekuasaan, kekuatan tandingan, kekuatan rakyat dan tuhan.

Ini tentu saja belum pas untuk kini. Paling mungkin, kekuatan rakyat masih dalam batas penekan.

Biarlah, kelak jika rezim ini tak bisa lagi dibawa kearah yang bersungguh membela rakyatnya. Yakin kemenangan akan sampai di depan kaki para aktivis yang telah melakukan perjalanan jauhnya.

Janji tuhan itu pasti. Ingat kisah firaun? Dan kisah para nabi serta penghulu dan para penyeru kebenaran terdahulu..

Langkah kedua dan yang terbaik saat ini, adalah mengajak rezim ini untuk kembali pada kecerdasan akal.

Mengajaknya untuk melihat dirinya bukan dari dirinya tapi dari luar, dari kehidupan nyata para jelata dan para pemikir cerdas lagi bersih, yaitu kaum pembebas yang dipenuhi oleh para aktivis pergerakan sejati. 

Maka kepada kaum aktivis pergerakan, teruslah bersuara. Buka mata hati mereka dengan memaparkan kebenaran agar mereka kembali membela dan berpihak kepada rakyatnya.

Kepada rezim dan segenap partai yang berkuasa, ini bukan kebencian tapi cinta agar kita bisa bersama dalam tujuan kebenaran yang sama. Meski dalam hal tertentu cara kita berbeda.

Salam semngat perubahan


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak