Trending

Dari rakyat keleleran sampai hanya matung nonton KPK diinjek-injek

 

Hey rezim..melolotot dong matamu!!! Lihat gambar meme foto itu. Nyadar ga, hal-hal yang mirip dengan itu lah yang dirasakan oleh sebagian rakyat di sudut-sudut kota yang terhimpit lara pandemi dan krisis ini, pada saat hari raya kemarin.

Apakah lalu anda mengira kejadian itu hanya terjadi pada saat hari raya kemarin saja? Oh tidak. 

Pada setiap hari raya masih teramat banyak orang-orang terhimpit lara karena kemiskinan yang tak kunjung berubah mereka rasakan.

Sekian tahun penulis pernah tinggal di ibu kota. Penulis banayak tahu kehidupan di sana.

Dulu, saat melihat seorang Jokowi blusukan, walau hati kecil penulis tertawa, sebab itu menjadi penarik hati rakyat yang sangat diagungkan dalam musim kampanyenya.

Kenapa penulis tertawa? Sungguh itu pembodohan. Dan kita dipaksa menikmati tontonan bodoh itu dalam suatu berita yang ditayang berulang-ulang di media.

Kenapa penulis bilang itu kebodohan? Karena jelaslah bahwa untuk mimpin seluas kotamadya, itu mungkin saja. Namun kalau untuk seluas Indonesia?

Jadi itu pembodohan. Dan memang kita akui, rakyat kita memang masih bodoh, mau menganggap blusukan itu sebagai sesuatu yang luar biasa tanpa mampu melihat sisi-sisi loghis dan tidaknya.

Dan pada akhirnya, kita tahu model-model kampanye pencitraan seperti itu adalah tanda, sang calon pemimpin tak punya apa-apa, maksud penulis adalah nol dalam hal isi otaknya atau visinya.

Paling mungkin setelah ia jadi pemimpin, yang membuat program adalah suatu tim. Memang benar tim lah yang membuat, namun jika sang pemimpin minim gagasan maka haraplah bahwa segala kerja dan visi yang ada adalah paksaan dari pihak lain tanpa bisa sang pemimpin menahannya.

Karena memang ia, sudah dicucuk hidungnya. Sudah di kerangkeng oleh ketidak adaan isi otaknya kecuali, dalam istilah jawanya melu alias manut karo sing pinter waeee...

Dan akhirnya juga nyata, apa makna blusukan sang jokowi untuk sekarang ini, setelah sekian tahun ia menjadi pemimpin? 

Ketika di sudut-sudut kota, ternyata masih banyak orang-orang miskin penuh lara tak tersentuh kebijakan negara dan bahkan negara makin menyulitkan kehidupan mereka.

Jika seorang pemimpin panjang nalarnya, panjang hatinya, tidak usah bluksukan, ia kan tahu keadaan dan nasib rakyatnya di sudut-sudut kota atau di sudut-sudut desa. Dan kemudian ia mengeluarkaan kebijakan yang menyentuh kaum papa itu.

Dulu, walau sempat penulis tertawa di hati atas kampanye blusukan sang calon pemimpin, sempat pula penulis menaruh harap kalau-kalau ia, sang Jokowi akan menjadi agak mirip dengan pemimpin islam Umar yang rela memikul gandum demi seorang rakyatnya yang kelaparan.

Namun ternyata, tak secuilpun ada kemiripan. Bahkan, sangat jauh, jauh... dari yang diharapkan.

Kini Indonesia dengan segala keadaannya, ditambah lagi bencana korona, akan kemana kita?  baiknya ga usah kemana-mana.  Termasuk  ga usah mikir macem-macem, sok mau beli itu ini dari ngutang trilyunan, lalu membangun sono membangun sini....

Kalian ngasih makan rakyat ga bisa, rakyat keleleran, nyari dan bikin sumber pemasukan negara ga sanggup, negara kehabisan uang, KPK dibungkam, utang betumpuk, pemerintah apa ini??.

Hei ente-ente yang makan gaji dari rakyat, pada mikir ga siiih kalian, pada punya malu gaaaaa??!!!

Hey, kalian dan kita seluruh rakyat, nyadar gaaaaa??? Jewer itu kuping pemimpin, biar jangan tambah belo'on. Jangan punya usul yang ngga-engga dimasa sulit gini.

Terus bela-belain kek itu KPK biar ga remuk gitu!!! Ini mah malah ngejogrorg, matung nonton KPK di injek-ijek, masyallaaah...jokooooo!!!!


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak