Soal pemindahan ibu kota? Haha.. bibir jadi gatel pengen berkata-kata.
Di mata presiden dan para politisi istana, seperti hal yang mendesak banget yaa.. Mungkin pengen dipandang bahwa di era ini segala pembangunan digalakkan dan luar biasa?.
Padahal yang paling penting pula dibangun adalah jiwa bangsa ini. Nah, bisa tidak membangun jiwa indonesia?
Kalau cuma membangun jalan dan gedung, tukang bangunan juga bisa. Yang penting ada uang maka jadilah bangunan dan jalan.
Sekarang, membangun gedung dan jalan-jalan itu pun dananya dari mana? Utang lagi? Nanti bapak moyang siapa yang mau bayar?
Ada lagi yang mengatakan membangun kota dan jalan-jalan, terutama pindah ibu kota itu alasannnya demi pemerataan?
Bah, pemerataan itu soal kebijakan, brur, bukan karena ibu kota pindah.
Dan jangan-jangan, memang benar dugaan kita yang awam tentang pembangunan dan utang bejibun yang terus ditumpuk oleh rezim ini. Mereka nyantai berhutang sambil memakan ujung.
Nanti saat pertanggungjawaban, saat ditanya oleh rakyat, jawaban mereka nyantai dan enak. “Segala hutang yang kami lakukan, itu...kami tempelkan pada gedung-gedung dan pembangunan jalan. Ambil rawat dan manfaatkan!”
Brengsek! Enak kali kau mengatakan hal itu!!! kalian bangun-bangun seenak wudel kamu! Dapat untung dan perut buncit itu bagian kamu!
Sementara kami yang punya cara serta pandangaan sendiri dalam membangun Indonesia dipaksa menerima hasil bangunan berupa fisik-fisik yang penuh cerminan kotor itu.
Apa idealism dan cara pandang kami? Contoh kecil, lihat soal papua. Kalau jiwa indonesia sudah berhasil dibangun, maka tak akan terjadi soal-soal seprti itu.
Dulu Gus Dur mau bangun jiwa indonesia, kalian tendang dia. Kalian hianati dia. Padahal sungguh, betapa seorang Gus Dur dulu sangat penuh niat memberesi segala persoalan bangsa.
Dalam pikiran kami, dalam idealism kami, jiwa itu lebih penting dan pantas didahulukan untuk dibangun dalam ruang kebangsaan kita yang kini rapuh.
Coba kalian ingat, coba kalian nyanyikan lagu Indonesia raya. Apakah di situ didahulukan membangun raganya? iIni bunyinya, bangunlah jiwanya, bangunlah badaannya, untuk Indonesia raya.
Ya, dari lagu kebangsaan saja sudah jelas mentasbihkan agar dibangun dahulu jiwa bangsa ini. Sebab sebuah bangunan fisik akan rapuh tanpa dikuatkan oleh bangunan jiwa yang utuh.
Lihat, berapa banyak gedung-gedung runtuh disapu dan dibakar massa ketika jiwa rakyat, jiwa bangsa ini rapuh.
Dan jika membangun jiwa bangsa itu tidak dimulai dari dini, maka masa depan generasi berikutnya ditakutkan akan menemukan kesulitan fsikologis dalam pendekatan kepada rakyat yang sudah terlanjur dicekoki pemikiran timpang oleh rezim sebelumnya.
Inilah yang penulis maksud, dan jika ingin pembangunan itu berkelanjutan. Bahwa pembangunan itu harus memikirakan apa-apa yang terpenting, sehingga visi di masa depan menjadi hal yang bisa berkelanjutan.
Menjadi penguasa itu bukan untuk hanya pengen enaknya saja. Yang paling enak dan gampang memang membangun fisik berupa gedung-gedung dan jalan.
Pembangunan gedung dan jalan-jalan memang penting dilakukan. Namun haruslah melihat kebutuhan. Tidak asal, dan lalu menomor dua kan azas kemanfaatan . Sehingga keuangan negara jadi jor-joran dikeluarkan.
Pembangunan gedung dan jalan itu sebuah kebutuhan. Jika kelak jiwa bangsa kuat, ekonomi kuat, ia akan mengikuti kebutuhan.
Hey penguasa...Hey reziiim...mestinya urus dulu soal makan rakyat. Apa lagi kini lagi musim pandemi. Ngurus rakyat agar selamat dari pandemi ini, jauh lebih penting.
Sementara itu, lihat harga cabe sampe 90rb. Harga minyak goreng selangit. Padahal di tanaah negeri ini pohon kelapa sawitnya meruah. sudah gitu, banyak pengangguran pula.
Kalau semua hal-hal di atas beres, baru mikir ibu kota pindah. Indonesia ini kan bakal ribuan tahun waktunya. Kok hare gene sudah kesusu.
Pengen dibilang hebat? Hebat ya hebat...atau lantaraan tak punya visi lain selain bisanya hanya bangun dan cuma bangun .
Hebat ya hebat, tapi kehidupan rakyat sekarat. Jangan rakyatlah sekarang yang sekarat. Sekale sekale petinggi yang sok berpikiran hebat!
Namun demikian, sebagai anak bangsa yang baik, kita masih dan akan dukung siapapun yang berbuat dengan cara baik serta hasil yang juga baik buat rakyat.
Salam damai.