Pelan namun pasti sepertinya rezim ini berusaha menjadikan negeri ini sebagai negeri soekarnois. Sementara partai-partai yang tidak punya pemikiran kritis jadi anak manis kalau tidak enak disebut kerbau dungu yang dicocok hidungnya.
Sebenarnya hal di atas tak mengapa dan syah-syah saja. Sebab soekarno juga kita cinta. Walau harapan terdalam penulis tentang pemikiran soekarno itu hendaknya diperdalam lagi agar Indonesia kian bermutu di segala bidang kehidupan terutama soal keadilan dan kesejahteraan.
Menanggapi apa yang rezim ini hendak lakukan terutama soal ideologi dan ke Soekarnoan, penulis sendiri sebenarnya tidak ingin dan merasa tidak ada guna mendebat atau jauh mengomentari apa lagi sampai terjebak dalam ruang diskursus yang kepada mereka memberi pikiran-pikiran solutip.
Karena akan sama artinya kita menyuapi buaya lapar. Kita kan orang luar..Rezim ini sedang merasa hebat namun dalam kaca mata penulis sesungguhnya sedang kehabisan ide gagasan dan pemikiran kecuali hidup dari mengandalkan politik nama besar soekarno. Ini bukan karena kita tidak mau berbagi jalan atau pemikiran.
Sebab, apalah arti pikiran dari orang seperti penulis ini. Tapi semata ingin agar mereka kian berpikir dewasa. Sisi lainnya, karena rasa marah dan jengkel kita atas kenyataan ternyata di tubuh mereka memang penuh parasit.
Gambarannya kejadian-kejadian atas yang menimpa KPK dimana rezim ini tiada menunjukkan rasa keberpihakannya. Jadi, ya biarkanlah mereka dengan jalan dan pikirannya...
Kita ini juga cinta soekarno. Tapi kita berusaha menempatkan soekarno dalam cinta dan harum sesuai di tempatnya. Bahkan Kita berusaha untuk jadi generasi yang bangga dengan kedirian kita sendiri. Kita, semoga jadilah kita sebagai yang memiliki pikiran sendiri.
Dan jika mereka tetap ngotot ingin undang-undang HIP/PIP itu jadi, biarkan saja, biarkan...
Semoga rakyat dan seluruh kaum pergerakan kelak memiliki pemikiran sendiri tentang konsep implementasi ideologi yang lebih membumi.
Yakinlah, dan semoga itu ada diantara kepala para calon pemimpin yang kini mungkin masih diam di kawah candradimuka yang tersebar di tanah negeri dari sabang sampai merauke ini.
Dari RUU ideologi, omnibuslaw dan sejuta kata peduli, tapi rakyat sengsara karena limbah dibiarkan....
Nah, lihat....Ketika pemerintah dengan partai berkuasanya sibuk mengidentikan diri sebagai terjemah ideologi soekarno, sibuk pula dengan RUU HIP, dan pernah pula tentang OMNIBUS LAW. Di suatu sisi mereka seperti tampak peduli, namun apa makna dan yang dirasa oleh kehidupan rakyat bawah?
Sebagai contoh, di kampung halamanku, masuk dalam wilayah kabupaten lampung selatan. Perusahaan-perusahaan besar berdiri di bagian hulu sebuah sungai bernama sungai waygalih. Sungai ini menjadi sarana pembuangan limbah-limbah beracun oleh perusahaan-perusahaan itu. Sedihnya, sungai ini mengalir dipekarangan atau di halaman rumah sang kepala daerah alias bupati yang berkuasa.
Ya, sang bupati adalah warga desa way galih dan tinggal di situ. Tapi adakah sang kepala daerah itu peduli dengan derita rakyat di sekitar bantaran kali yang sesak kekurangan air bersih penuh derita karena limbah itu?
Adakah sang bupati peduli atas rusaknya ekosistem dan punahnya habitat sungai? Padahal beroperasinya perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah itu ada dalam kendali sang pemimpin daerah itu.
Menyedihkan pemimpin dengan mental seperti ini. Lebih sedihnya lagi, sang pemimpin daerah adalah kader dari partai berkuasa yang dengan moncong warna putih sucinya selalu berkoar membela kaum alit alias rakyat jelata. Parahnya, karena mungkin dirasa nikmat jadi pemimpin, sang pemimpin sudah ancang-ancang mau nerus nyalon lagi.
Jika penulis mengungkap hal ini nanti disangka penulis benci atau punya tujuan politis. Padahal tidak ada kata benci dalam kamus hidup penulis.
Bahkan itu bupati pernah marah-marah pada penulis saat penulis pernah datang ke rumahnya dengan niat baik mengundang istrinya sebagai kepala desa untuk membuka acara pertemuan warga dan pejabat dalam usaha membersihkan sungai dari limbah.
Tidak, penulis tidak pernah benci apa lagi mendendam. Penulis hanya ingin menyuarakan suara hati rakyat jelata yang payah dan menderita oleh kebijakan pejabat yang salah.
Jadi, sekiranya jokowi atau partai berkuasa membahas soal omnibus law hingga soal ruu hip/pip yang seolah sesuatu yang bernilai, pada kenyataannya di kehidupn bawah tidak ada manfaat, tidak ngena!!
Kita meminta partai berkuasa, berkaca dan berbenahlah agar engkau dengan kader-kadernya sungguh manfaat bagi rakyat dan bukan memaksakan kehendak agar digunakan rakyat dengan menggunakan politik sebagai jalan untuk menipu rakyat.
Ketika penulis dengan segenap gerbong rakyat mengambil jalan hidup kritis, maka berprasangka baiklah...penulis di barisan rakyat, tidak begitu membabi buta ingin menjadi apa-apa kecuali ketika melihat rakyat dan bangsa bermasadepan cerah, kita sudah bahagia.
Maka berpikir keraslah semua pemimpin dan calon pemimpin baik formal hingga non formal untuk memiliki nilai guna bagi rakyat. Jika tidak memiliki pemikiran bukan berarti tidak cerdas dan tidak guna.
Di balik itu biasanya ada semacam insting nurani dan itu menuntun keberpihakan. Kecerdasan bicara, kecerdasan ideologi dan kecerdasa-kecerdasan lainnya, tetaplah itu tidak berguna jika nurani keberpihakanmu tidak mampu menuntun langkahmu.
Limbah yang menyesakkan kehidupan rakyat bawah ditengah elit bicara pintar soal nilai-nilai ideologi adalah gambarannya.
Sampai hari ini ketika tulisan ini diposting di blog ku ini, berkat usaha yang tak kenal lelah dan dengan segala cara, Alhamdulillah sungai kini relatip agak bersih. Walau sewaktu-waktu limbah masih mengucur lagi. Dan selalu saja diri ini tak kenal lelah.....
Demikian, salam penuh cinta, semangat dan sayang untuk rakyat semesta dan seluruh aktivis pergerakan.