Wong ngurus virus aja berantakan. Kok malah mau ngolah senjata nuklir...
Rezim ini memang nggilaniiii..Huahahaha...bikin pengen ketawa.
Pak jokowi- pak jokowi...anak buahmu si luhut itu loooh..kok ya mikirnya, terlalu hebat, tapi ya jadinya terlaluuuuuhhh..
Rezim kok kaya artis aja, ga merasa tenar kalau ga selalu mensensasikan diri. Padahal yang mesti dibesar-besarkan itu prestasi. Tunjukkan prestasi rezim dengan sebaik-baiknya, sesegera-segeranya, seadil-adilnya mencipta kesejahtetaan rakyat.
Kalau rakyat belum merata sejahtera lantas sudah mau ngurus nuklir, resikonya kita akan terjebak pada pola-pola ploriferasi dan non ploriferasi nuklir dunia yang sangat menguras tenaga dan segala sumber daya. Pemerataan kesejahteraan bisa terabaikan. Kita akan masuk dalam kondisi seperti negara korea utara.
Yang mengagungkan senjata tapi kehidupan demokrasi dan mungkin ekonomi kesejahteraan tertinggal. Korea utara itu negera kontinental dan terbilang luasnya tak seberapa di banding Indonesia, jadi tidak banayak masalah dalam kesejahteraan dan pemerataan, mestinya. nah, kita yang begini luasnya, jika arah pembangunan tidak jelas, mencla-mencle, akan semakin membuat sulit mengangkat serta meratakan kesejahteraan rakyat.
Resiko lainnya, walau mungkin kita tidak akan terjebak pada suatu kondisi negara yang se ekstrim korea utara, namun ketika kondisi ekonomi negara buruk, pemerataan buruk, dan ketika terjadi benturan atau pergolakan politik, maka keamanan nuklir akan ikut terkondisi memburuk. Jadi plus minus nya nuklir untuk Indonesia kini, lebih banyak minus.
Terkecuali rakyat dan bangsa ini sudah benar-benar mencapai kemakmuran yang merata. Barulah di saat itu kita bisa berpikir tentang nuklir. Itupun untuk suatu tujuan damai dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan tegnologi bagi kemaslahatan.
jadi ekonomi dan kesejahteraan dulu lah yang dipikirkan oleh rezim. Tidak usah cari sensasi dan ingin mendapat pujian dari rakyat lewat cara yang aneh-aneh yang malah nanti mencipta lubang bagi kematian kehidupan rakyat. Jika rakyat enak sehat bahagia sejahtera, semua akan angkat topi, memuji dan hormat karenanya.
Atau memang rezim sudah kehabisan akal dalam mengurus negara, sudah kehabisan cara mencari pendanaan, misalnya? Lalu terbayang ketidakresfekkan rakyat, sehingga untuk menaikkan popularitas diperlukan terobosan politik nuklir?
Bah, mantab kali itu ide mu bosqu Pak Luhut. Tapi jika benar demikian, artinya rezim memang hampir nyerah dalam mengurus negara. Bah, kalau begitu maka sebaiknya mundur saja!! Generasi baru siap menggantikan rezim ini!!
Dan jika memang benar demikian, akhirnya kita rakyat tak akan ragu untuk mendukung ucapan salah satu istri perwira TNI yang mengharap rezim jatuh. Jika terjadi rezim sampai runtuh,( runtuh dengan sendirinya), maka yang terbaik menurut pikiran kita sebagai rakyat yang waras, mungkin oposisi yang kini terlembaga tidak usah cawe-cawe kekuasanlah dulu.
Karena oposisi yang terlembaga saat ini hampir sama buruk dengan sang rezim penguasa. Lebih dari itu, pertimbangan terberatnya adalah dalam rangka menghindari benturan dan saling iri diantara rezim kini dan oposisi .
Maka ada baiknya TNI lah yang kemudian mengambil alih kekuasaan. Lalu melakukan sapu bersih penuntasan virus. Selanjutnya tentara menyiapkan pemilu yang dipercepat. Agar pemimpin sipil dari generasi baru dengan pikiran baru bersama tentara segera membenahi bangsa yang kini sudah tampak compang--camping, kotor dan tiada arah. Wallahu’alam bissawab
Salam perjuangan dan pembebasan