Dan tertulislah dalam sejarah, jika suatu negeri dengan rakyatnya ingin berubah, maka rakyat dengan pemuda-pemuda negeri itu sendirilah yang harus merubahnya.
Dan sejarah selalu berkata, lawan terberat keinginan berubah itu adalah penguasa dengan pengikut-pengikut setianya.
Maka, duhai engkau para pemuda dan mahsiswa Indonesia, ini datang waktumu, takdirmu untuk membenahi negeri.
Sesunguhnya engkau adalah tangan-tangan tuhan yang digerakkan, bukan oleh siapa-siapa tapi oleh tuhan. Karena Ia, sebagai cahaya kebajikan itu bersemaayam dalam keyakinan akan kebenaran yang terselip di hatimu.
Langkah-langkahmu bak sepasukan berbendera terang yang membawa pedati berisi berkarung gandum dan sayur mayur penuh.
Itu kau peruntukkan bagi rakyat yang dengan tangis papa merintih di balik perbatasan kota.
Mereka orang-orang mu, orang-orang kita yang lama terjajah di bumi yang telah merdeka.
Mereka akan menjura, bersujud penuh syukur atas datangnya engkau para pemuda dengan teriak bertalu ingin mereka merdeka.
Sesungguhnya berkarung gandum yang kalian bawa bukan lagi menjadi harap yang mereka doa. Tapi kebebasanlah, kebebasan dari cengkram tirani ini.
Telah lama kemiskinan ini, telah lama kebodohan ini, telah lama ketidakberdayaan ini mereka rasakan sebagai derita yang selalu dikamuflase oleh tiran sebagai bahagia lewat gelontoran dana bantuan dan berpuluh bantuan yang menterlenakan.
Lama, dan lama...mereka tersadar bahwa ini kemiskinan yang dijaga. Ini kemiskinan yang menjadi ladang bagi mereka menangguk berkah.
Lama, dan lama...hati mereka kan sadar, di hati para tiran hanya ada kata, kuasa bagiku, kemiskinan bagimu. Kuat bagiku, bodoh bagi dirimu.
Sebab kekhawatiran terbesar bagi tiran ketika banyak orang miskin menjadi kaya. Sebab mereka akan membela orang-orang miskin yang lain sebagai saudara yang pernah sependeritaan dalam belenggu tiran.
Buatlah selalu rakyaat bodoh, maka tiran dan kekuasan akan kuat sepanjang zaman. Menguasai suatu negeri, menguasai rakyatnya, hanyaalah cara bagaimana membuat rakyat di suatu negeri itu menjadi bodoh.
Maka, kekhawatiran terbesar pula bagi tiran, ketika orang-orang bodoh menjadi pintar. Sebab kepintarannya akan digunakan membela orang-orang yang selama ini telah dibodohkan oleh tiran.
Kenapa kita katakan berniat sebagai yang terkatagori tiran? Sebab kemiskinan ini bertahan. Sebab kebodohan ini terpupuk. Ia hanya berpindah dari waktu ke waktu. Dari satu kotak ke kotak lain yang seolah dipersiaapkan dengan sekenario yang utuh.
Tak ada niat tulus untuk membuat rakyat terbebas dari kemiskinan dan ketidakberdayaan, kecuali mereka ingin mempertahaankan kekuasaan, kekuasaan dan kekuasaan.
Dan langkahmu para pemuda, langkah pembebasan yang kelak oleh siapapun kan difahami sebagai langkah suci. Percaya dan yakinlah, tak usah ragu dengan langkahmu.
Langkah akhir di batas akhir perjuanhgan ini semua kan menyanksikan betapa tiada maksud lain dari langkah kita kecuali rakyat dan kebebasannya.
Duhai pemuda dan mahasiswa yang gagah, cantik lagi rupawan di mata tuhan..langkahmu, tulusmu adalah takdir bagi kebangkitan.
Cintamu, cinta kita pada rakyat dan bangsa, bak ibu yang tak meminta kecuali memberi untuk tumbuh bagi anak-anaknya.
Dan biarlah kini engkau dan kita yang jadi ibu untuk penguasa yang tak tahu dirinya kini berpijak dimana.
Salam sayang penuh cinta untuk generasi pembenah indonesia 💓💚💛