Habib Rizik dan kematian 6 pemuda di km 50


Yang pernah lahir dari dan di tanah negeri ini adalah anak bangsa yang oleh negara wajib dilindungi. Dan karena itu, rakyat, walau berbeda pandang, wajib menjunjung rasa cinta kepada negara.

Apakah rasa cinta itu hanya tercermin dari perilaku tentara, polisi atau pegawai negeri? Oh tidak. Mereka yang kita sebut itu mengabdi tapi selebihnya mendapatkan gaji dari negara. Jadi kecintaan yang paling hakiki itu sesungguhnya ada pada rakyat biasa.

Tapi kenapa perlakuan negara kerap berbeda? Kita bukan hendak membeda-bedakan. Semua adalah anak bangsa. Tapi kenyataannya memang sering begitu. Dan melalui tekad kesamaan derjad mari mulai menghilngkan sekat dan perlakuan berbeda itu.

Kematian 6 anak muda yang disinyalir anggota fpi Anak buah Habib Rizik Sihab, jangan sampai memperjelas perlakuan yang berbeda itu. Walau bagaimana, mereka adalah anak-anak negeri ini. Jika pun fpi dianggap menyimpang, itu karena kegagalan negara dalam usaha membimbing mereka. 

Negara tidak menemukan ideologi dan cara untuk membendung faham mereka. Padahal, lewat media sosial ini, penulis berani berkata, dalam terawang terdalam pikiran penulis, ada ideologi dan cara yang bisa membuat manusia sekeras orang-orang dimaksud menjadi runduk. 

Penulis bukan ingin sok pintar, dan tidak pula akan mengajari petinggi negeri untuk menemukan cara dan ideologi itu. Karena negaralah yang memiliki segala sumber daya yang mestinya mampu. Bagi penulis, patokannya adalah bercermin pada sejarah. 

Lihat dan amati sejarah, atas kejadian-kejadian pembantaian dan permusuhan. Jika telah lama, lalu kita akan berkata...kita menyesal, itu seharusnya tidak terjadi jika saja, bla, bla, dan bla...Artinya di sana ada jalan yang saat itu belum ditemukan, ada cara yang saat itu mestinya dilakukan namun tidak dilakukan.

Terhadap FPI, kenpa TNI, polisi dan petinggi negeri banyak yang membenci lalu seakan tidak menganggap berharga nyawa anak-anak muda yang terbuang disana. Sesungguhnya kebencian itu adalah cermin kebodohan dan pendek akal manusia. Mestinya, sebesar apapun kebencian dan kebedaan poltik serta sudut pandang, tidak berakhir dengan kematian.

Lalu, anak-anak NU, Muhamadsiyah dlsbg, dan itu para anak buah gus dur, kenapa pula terlihat sangat tidak suka? Dulu saat gus dur di ejek-ejek oleh FPI, penulis sangat tersinggung karena Gus Dur sangat penulis hormati. Tapi tidak harus mendendam.

Meski mngingat rasa dendam boleh-boleh saja agar kita tetap mengingat lalu tidak terulang seperti kejadian semula. Namun mendendam yang mestinya tidak menghilangkan akal sehat. Bahwa kita manusia tidak baik jika karena rasa dendam dan kebencian membuat nurani kita tidak adil lagi. 

Kejadian penembakan seperti yang terjadi dengan fpi, suatu saat bisa saja menimpa kepada orang NU atau anak-anak muhammadiyah dan lain-lainnya. Maka yang terbaik, mlihat hal ini, rasa adil itu harus tetap tegak berdiri.

Kita sebaiknya memang tidak memihak pada manusianya. Sebab itu hanya akan membuat besar kepala dan hati makin membatu. Yang terbaik berpihak pada keadilan. Maka siappun mestilah mendorong penegakkan hukum serta pengungkapan peristiwa kematian 6 anak muda itu seterang-terangnya. Siapa yang salah harus disalahkan.

JIKA FPI SALAH HARUS MAU DISALAHKAN. JIKA POLISI SALAH PUN HARUS MAU DISALAHKAN. Hukum harus ditegakkan. Hukum tidak pula hanya berdasar pada kesalahan fakta fisik di lapangan namun juga harus berdasar pada pertimbangan sosioligis dan pertimbangan fsikologis. 

Mungkin ada yang berniat menjebak, lalu siapa yang terjebak, apa niat awal penguntitan, apa prosedur yang mesti dilalui, kenapa begitu kenapa begini dan yang terakhir atas perintah siapa itu berlangsung sehingga terjadi.

Itu semua harus terungkap agar hukum menjadi tegak. Tak ada yang rasa keadilannya di langkahi. Para pembela 6 anak muda yang mati itu pun harus memiliki kesempatan sama untuk bisa mendapat fasilitas keadilan hukum yang tertinggi. Jika mungkin mengadu sampai ke lembaga dunia.

Karena ini tidak main-main. Ini nyawa yang harus dihargai. Janganlah karena kebedaan politik dan sudut pandang kita menjadi lari dar keadilan. Terlalu banyak orang mati sia-siaid di negeri ini. Sebisa mungkin, itu tak terulang lagi. 

Itu hanya mungkin bila keadilan tegak, hukum tegak, seluruh komponen bangsa mendukung ketegakkan hukum dan keadilan itu.

Tulisan ini tdk dimaksudkan memihak pada pihak tertentu. Namun semata demi tegaknya hukum dan keadilan bagi siapapun.

Kelak, semoga negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang sungguh ingin hukum dan keadilan itu menjadi jalan.

Salam semangat perubahan tuk keadilan dan persatuan


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak